STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
“ Pengembangan Kreativitas
Perserta Didik “
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.
Tugas
Individu
Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Allah YME sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah
“Pengembangan Kreativitas Peserta Didik” yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr.
Suranto, M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan yang
telah membimbing;
2.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.
Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Jember, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
2.2.1 Aktivitas Peserta Didik
………………………………………………..… 12
2.2.2 Penugasan Terhadap Siswa …………………………………………….…
13
3.1 Simpulan ………………………………………………………………………
19
3.2 Saran
……………………………………………………………………….…. 19
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kreatifitas kaitannya erat dengan imajinasi, karena kreatifitas
mengembangkan daya fikir, daya fantasi yang sifatnya intelektual. pengertian
kreatifitas menurut KBBI berarti hasil dari kemampuan mencipta. Dengan daya
imajinasi seseorang dapat menciptakan buah fikir yang ada kaitannya dengan
kebutuhan hidup manusia. Untuk mengembangkan pribadi dan intelektual manusia
perlu memiliki pengetahuan dan kreatifitas.
Kreatifitas itu sikap dan pola pikir yang dapat menciptakan sesuatu
yang baru, baik baru menurut dirinya maupun baru menurut orang lain.
Kreativitas itu berhubungan penciptaan sesuatu yang baru dan orisinal. Kreatifitas
berhubungan dengan pola pikir yang dapat menghubungan suatu masalah atau
fenomena dengan unsur-unsur yang lain sehingga menjadi sesuatu yang baru.
Bahkan kreativitas dapat diartikan sebagai pola pikir yang dapat menciptakan sesuatu
yang baru. Guru yang kreatif memiliki kemampuan menyampaikan ilmu pengetahuan
kepada para peserta didiknya secara kreatif, sehingga peserta didik menggemari
ilmu pengetahuan yang diajarkan kepadanya dan membuat peserta didik dapat
berpikir secara kreatif pula. Berpikir kreatif akan menghasilkan produk kreatif
sehingga pada gilirannya akan menumbuhkan ekonomi kreatif.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dalam era pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan
masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru,
penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Untuk
mencapai hal itu, sikap dan perilaku kreatif perlu dipupuk sejak dini, agar
peserta didik tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu
menghasilkan pengetahuan baru; tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi mampu
menciptakan pekerjaan baru (wiraswasta).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Konsep dasar kreativitas pada peserta didik?
2.
Apa
saja jenis - jenis kreativitas pada peserta didik?
3.
Bagaimana
pengembangan kreativitas dalam pembelajaran sejarah?
1.3 Manfaat
1.
Dapat
mengetahui konsep dasar Kreativitas pada
peserta didik.
2.
Dapat
mengetahui jenis - jenis kreativitas pada peserta didik.
3.
Dapat
mengetahui pengembangan kreativitas dalam pembelajaran sejarah
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Kreativitas Pada Peserta Didik
Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta suatu
produk baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan – gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi ciri – ciri kognitif,
seperti kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan pemaknaan kembali dalam
pemikiran, maupun ciri – ciri nonkognitif seperti motivasi, sikap, rasa ingin
tahu, senang mangajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Ciri
– ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Kelancaran
adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
2.
Keluwesan
adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam – macam pemecahan atau pendekatan
terhadap masalah.
3.
Keaslian adalah kemampuan untuk mencetuskan
gagasan dengan cara – cara yang asli, tidak klise.
4.
Elaborasi
adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci.
5.
Redefinisi
adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang
berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh banyak orang.
2.1.1 Pengembangan Kreativitas
Setiap
orang diasumsikan memiliki kemampuan kreatif meskipun dengan tingkat yang
seragam. Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor – faktor
internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan).
a.
Faktor
– faktor yang bersumber dari dalam diri sendiri, seperti :
Kondisi kesehatan fisik (sering sakit – sakitan, memiliki penyakit
kronis, atau mengalami gangguan otak dapat menghambat perkembangan
kreativitas).
Tingkat kecerdasan (IQ), IQ yang rendah (di bawah normal) dapat
menjadi faktor penghambat perkembangan kreativitas.
Kondisi kesehatan mental, apabila seseorang sering mengalami
stress, memiliki penyakit amnesia atau neurosis, maka dia cenderung akan
mengalami hambatan dalam pengembangan kreativitasnya.
b.
Faktor
– faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas antara lain :
Orang tua atau guru dapat menerima anak apa adanya, serta memberi
kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu.
Orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka
memahami pikiran, perasaan dan perilaku anak.
Orang tua atau guru memberi kesempatan kepada anak untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan dan pendapatnya.
Orang tua atau guru (sekolah) memupuk sikap dan minat anak dengan
berbagai kegiatan yang positif, seperti per;ombaan penulisan karya ilmiah,
pidato, deklamasi dan drama.
Orang tua atau guru (sekolah) menyediakan sarana – prasarana
pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat
karya – karya yang produktif – inovatif.
2.1.2 Karakteristik
SCU
Munandar (1984) melakukan penelitian terhadap ahli psikologi tentang pendapat
mereka mengenai ciri – ciri kepribadian kreatif, yang hasilnya adalah sebagai
berikut :
1.
Mempunyai
daya imajinasi yang kuat.
2.
Mempunyai
inisiatif.
3.
Mempunyai
minat yang luas.
4.
Bebas
dalam berpikir (tidak kaku dan terhambat).
5.
Bersifat
ingin tahu.
6.
Selalu
ingin mendapat pengalaman – pengalaman baru.
7.
Percaya
pada diri sendiri.
8.
Penuh
semangat (energetic).
9.
Berani
mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan).
10.
Berani
menyatakan pendapat dan keyakinan (tidak ragu – ragu dalam menyatakan pendapat
meskipun mendapat kritik dan berani mempertahankan pendapat yang menjadi
keyakinannya).
2.1.3 Dimensi Kreativitas
Istilah kreativitas didefinisikan oleh para ahli secara berbeda-beda.
Vicencio (1992) dan Urban (1996) mengelompokkan definisi kreativitas ke dalam
dimensi pribadi, proses, pendorong, dan produk. Keempat dimensi kreativitas
tersebut disebut sebagai “the Four p’s of Creativity” (Rhodes, 1994, dalam
Utami Munandar, 1988) atau “konsep 4P” menurut Utami Munandar (1988). Manfaat
mengkaji konsep 4P ini di samping memperoleh pengertian yang lebih luas tentang
kreativitas, dapat juga dipakai sebagai strategi untuk mengembangkan
kreativitas peserta didik.
a.
Dimensi
Pribadi
Setiap
orang memiliki kemampuan kreatif, karena kreativitas merupakan atribut dari
semua orang. Kreativitas yang dimiliki manusia lahir bersama dengan lahirnya
manusia itu dan dapat muncul serta terwujud dalam semua bidang kegiatan manusia
(Utami Munandar, 1988). Oleh karena itu, kreativitas tidak terbatas pada
tingkat usia, jenis kelamin, suku, bangsa, dan kebudayaan tertentu (Semiawan,
1984). Namun demikian, orang yang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang
secara sangat signifikan berbeda dengan orang yang kurang kreatif (Clark,
1983). Clark (1983) berpendapat bahwa kreativitas sebagai fungsi integratif
dari pikiran (thinking), perasaan (feeling), penginderaan (sensing), dan
firasat (intuiting). Selanjutnya, Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa dari
segi pribadi, kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam
pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya.
Kreativitas
seseorang dapat dicerminkan melalui lima macam perilaku: 1) Fluency, yaitu
kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan; 2) Flexibility,
yaitu kemampuan menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi
persoalan; 3) Originality, yaitu kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli;
(4) Elaboration, yaitu kemampuan menyatakan gagasan secara terperinci; dan 5)
Sensitivity, yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai
tanggapan terhadap suatu situasi (Clark, 1983). Dengan demikian, ditinjau dari
segi pribadi, kreativitas menunjuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada
setiap pribadi. Kreativitas merupakan hasil dari keunikan pribadi seseorang
dalam interaksinya dengan lingkungan.
Jadi
dapat disimpulkan Hal pertama yang harus orang tua ketahui dalam upaya mengembangkan
kreatifitas anak adalah dengan memahami pribadi mereka, diantaranya dengan:
·
Memahami
bahwa setiap anak memiliki pribadi berbeda, baik dari bakat, minat, maupun
keinginan.
·
Menghargai
keunikan kreativitas yang dimiliki anak, dan bukan mengharapkan hal-hal yang
sama antara satu anak dengan anak lainnya, karena setiap anak adalah pribadi
yang “unik”, dan kreatifitas juga merupakan sesuatu yang unik.
·
Jangan
membanding-bandingkan anak karena tiap anak memiliki minat, bakat, kelebihan
serta ketebatasannya masing-masing. Pahamilah kekurangan anak dan kembangkanlah
bakat dan kelebihan yang dimilikinya.
b.
Dimensi
Proses
Kreativitas
merupakan hasil dari proses interaksi antara factor-faktor psikologis
(internal) dan lingkungan (eksternal) (Amabile, 1983). Karya kreatif tidak
lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang
menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. Kreativitas sebagai
suatu “proses”, suatu pemikiran di mana individu berusaha untuk menemukan
hubungan-hubungan yang baru, untuk mendapatkan jawaban, metode, atau cara-cara
baru dalam menghadapi suatu masalah. Kreativitas adalah kemampuan untuk
membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah ada
dalam pikiran. Pentingnya melihat kreativitas dari segi proses ditekankan oleh
banyak ahli. Hurlock (1972) mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu proses
yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu obyek
dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Rogers (1970) merumuskan proses
kreatif sebagai munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari
keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, serta keadaan
hidupnya di lain pihak. Dua definisi tersebut di samping menekankan aspek
interaksi (“proses”) antara individu dan lingkungannya atau kebudayaannya, juga
aspek “baru” dari produk kreatif yang dihasilkan.
Sementara
itu, Utami Munandar (1998) merumuskan kreativitas sebagai suatu proses yang
tercermin dalam kelancaran, kelenturan, dan orijinalitas dalam berpikir.
Selanjutnya, Alfian (1983) menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu proses
upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek
kehidupannya. Proses kreativitas melalui empat tahap, yaitu: tahap persiapan,
inkubasi, iluminasi, dan verivikasi (Wallas, 1970). Tahap persiapan ialah tahap
pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Tahap
inkubasi ialah tahap pengendapan dalam alam bawah sadar, pencarian inspirasi. Tahap
iluminasi ialah tahap penemuan yang bersifat insight, gagasan pemecahan, dan
modifikasi untuk melihat kecocokannya. Tahap verivikasi adalah tahap pengetesan
pemecahan dan modifikasi untuk melihat kesesuaiannya. Dalam pengembangan
kreativitas dimana anak akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara
kreatif dengan aktifitas yang dilakukannya, baik melukis, menyusun balok,
merangkai bunga dan sebagainya, beberapa hal yang dapat dilakukan:
Ø Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan, karena secara intuisif
anak akan tahu mana pujian yang tulus dan yang mana yang hanya akan basa-basi.
Ø Hindari memberi komentar negatif saat anak berkreasi, apalagi
disertai dengan perintah ini itu terhadap karya yang sedang dibuatnya, karena
hal ini justru dapat menyurutkan semangatnya berkreasi.
Ø Peliharalah harga diri anak dengan mengungkapkan terlebih dahulu
komentar anda secara positif, misalnya “bunda senang adek bisa membuat menara
seperti itu, lain kali adek buat yang lebih tinggi dan tidak mudah ambruk ya.”
Dengan demikian anak akan merasa dirinya mampu dan dihargai lingkungannya
Dengan
demikian, ditinjau dari segi proses, kreativitas menunjuk pada perlunya
seseorang berusaha untuk melihat lebih jauh dan lebih mendalam, tidak sekedar
menginginkan hasil (produk) secepatnya.
c.
Dimensi
Pendorong
Kreativitas
dapat berkembang karena adanya dorongan internal dari dalam diri individu
(Rogers, 1970) dan dorongan eksternal berupa faktor sosiokultural (Arieti,
1976). Perlunya dorongan eksternal, seperti ditekankan oleh Sumardjan (1983),
bahwa timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya berkembangnya sesuatu
kreasi yang diciptakan oleh seorang individu tidak dapat luput dari pengaruh
kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja.
Sementara
itu, Arieti (1976) mengemukakan adanya sembilan faktor sosiokultural yang
menunjang kreativitas, yaitu: 1) tersedianya sarana kebudayaan, 2) keterbukaan
terhadap rangsangan kebudayaan, 3) penekanan pada “becoming” (menjadi tumbuh),
tidak hanya pada “being” (sekedar berada), 4) pemberian kesempatan kepada semua
warga negara tanpa diskriminasi, 5) adanya kebebasan setelah pengalaman tekanan
dan tindasan yang keras, 6) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang
berbeda, bahkan yang kontraspun, 7) toleransi dan minat terhadap pandangan yang
divergen, 8) ada interaksi antarpribadi yang berarti, 9) adanya insentif,
penghargaan, atau hadiah.
Masyarakat
dapat menyediakan berbagai kemudahan, sarana dan prasarana untuk
menumbuhkembangkan daya cipta anggotanya. Namun, dorongan eksternal saja tidak
cukup, karena pada akhirnya semua kembali pada bagaimana individu itu sendiri:
sejauh mana ia merasakan kebutuhan dan dorongan untuk bersibuk diri secara
kreatif, suatu pengikatan untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan kreatif,
yang pada hakikatnya hal ini merupakan dorongan internal (Utami Munandar,
1988). Lebih jauh Rogers (1970) menyatakan bahwa kreativitastumbuh karena
adanya dorongan dari dalam diri individu (internal press) berupa: 1)
keterbukaan terhadap pengalaman, 2) kemampuan untuk menilai situasi sesuai
dengan patokan pribadi, dan 3) kemampuan untuk bereksperiman, untuk bermain
dengan konsep-konsep.
Dengan
demikian, kreativitas agar dapat berkembang memerlukan pula “pendorong”, yaitu
kondisi yang mendorong seseorang ke perilaku kreatif. Pendorong ini harus
datang dari diri sendiri (internal) berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk
mencipta, dan pendorong dari luar (eksternal) baik dari lingkungan dekat
seperti teman sejawat maupun dari lingkungan makro seperti masyarakat dan
kebudayaan di mana ia tinggal.
d.
Dimensi
Produk
Kreativitas
sebagai suatu “produk”, yaitu kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan
sesuatu yang baru (orisinil), baik berupa benda maupun gagasan (Saphiro, 1970).
Dari segi produk, kreativitas mengacu pada hasil perbuatan, kinerja, atau karya
individu dalam bentuk barang atau gagasan. Ditegaskannya bahwa produk kreatif
sebagai “kriteria puncak” (the ultimate criteria) karena produk merupakan hal
yang paling eksplisit dalam menentukan kreativitas seseorang.
Sementara
itu, Amabile (1983) mempersyaratkan adanya dua kriteria kreativitas, yaitu: 1)
ke”baru”an (novelty) dan 2) ke”sesuai”an (appropriateness). Kebaruan mengandung
unsur adanya perbedaan dari segala sesuatu yang telah ada, sedangkan kesesuaian
mengacu pada kebermaknaan bagi kehidupan. Jadi kreativitas menekankan pada
penciptaan sesuatu yang baru dan bermakna bagi kehidupan. Rogers (1970)
mengemukakan bahwa kriteria produk kreatif: 1) produk itu harus nyata atau
dapat diamati, 2) produk itu harus baru, dan 3) produk tersebut merupakan hasil
dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sejalan
dengan hal-hal di atas, Campbell (1992) menyatakan bahwa ditinjau dari segi
produk, kreativitas merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
1) baru (novel), 2) berguna (useful), dan 3) dapat dimengerti (understandable).
Baru, dimaksudkan inovatif dan belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan
mengejutkan. Berguna, maksudnya adalah lebih enak, lebih praktis, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah,
mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, dan mendatangkan hasil lebih
baik/banyak. Selanjutnya, dapat dimengerti dimaksudkan hasil yang sama dapat
dibuat di lain waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja (secara
tidak terduga), tidak dapat dimengerti, tidak dapat diramalkan, tidak dapat
diulangi. Meskipun mungkin baru dan sangat berguna tetapi lebih merupakan hasil
keberuntungan (luck), berarti bukan kreativitas.
Dengan
demikian, setelah dikaji dari segi pribadi, proses, pendorong, dan produk dapat
disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan kemampuan
mengelaborasi (elaboration), serta merumuskan kembali (redefinition) suatu
gagasan (Widyastono, 1998).
Karakteristik
2.2 Jenis-jenis Kreativitas Pada Peserta Didik
2.2.1 Aktivitas Peserta Didik
Aktivitas peserta didik
adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh peserta didik di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas peserta didik selama
proses
pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi
peserta didik untuk belajar.Jenis aktivitas tersebut
bervariasi, bahkan bisa saja muncul aktivitas peserta didik yang tidak
mendukung kegiatan proses pembelajaran. Untuk itu guru harus selalu mengontrol
dan membangkitkan motivasi peserta didik sehingga aktivitas peserta didik dapat
terfokus ke dalam aktivitas belajar. Hudojo (1988:6)
mengemukakan bahwa kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada
peserta didik. Oleh Trianto (2009:368-369) meungkapkan bahwa peserta didik dikatakan memiliki keaktifan belajar apabila ditemukan
indikator sebagai berikut:
a)
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
b)
Berdiskusi / tanya jawab
antara peserta didik/guru
c)
Membaca / mengerjakan LKS/materi ajar
d)
Mengerjakan tugas-tugas yang kontekstual dan relevan
e)
Bekerja sama dengan peserta didik
f)
Berlatih melakukan keterampilan proses
g)
Menyajikan hasil pengamatan/percobaan
h)
Menyimpulkan hasil pengamatan/percobaan
i)
Mencatat apa yang telah dipelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru.
Sedang Dierch (dalam Hamalik, 2001:172) membagi aktivitas kegiatan belajar
dalam 8 (delapan) kelompok yang intisarinya adalah: (1) kegiatan visual seperti
melihat, mengamati, dan membaca; (2) kegiatan lisan seperti mengemukakan
pendapat, pertanyaan, dan ide; (3) kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan
ceramah dan diskusi; (4) kegiatan menulis seperti menulis laporan, mengerjakan
LKS atau tes; (5) kegiatan menggambar seperti membuat grafik, diagram, dan
peta; (6) kegiatan metrik seperti melakukan eksperimen, demonstrasi, dan
membuat model; (7) kegiatan mental seperti mengingat, memahami, menganalisis,
dan penyelesaian masalah; dan (8) kegiatan emosional seperti berminat, tenang,
dan berani mengungkapkan ide.
2.2.2 Tipe Penugasan Terhadap Siswa
Penugasan yang dimaksud disini adalah penugasan yang asal
menghabiskan waktu jam pelajaran atau memberikan pekerjaan yang ‘asal’
banyak dan ‘asal’ susah untuk dikerjakan. Jadi mari sama-sama kita membuat
perencanaan pengajaran yang benar-benar berdampak bagi masa depan siswa.
- penugasan yang bersifat kolaboratif. Siswa dibiarkan untuk berbicara dan berdiskusi di kelas. Penugasan yang bersifat kolaboratif akan mengasah keterampilan social siswa dalam berkomunikasi dan membangun kemampuan dalam memecahkan masalah.
- Biarkan siswa duduk dalam kelompok-kelompok. Hal ini lebih baik dibanding meminta mereka duduk dengan tubuh yang menghadap anda terus menerus.
- Penugasan yang menggunakan teknologi informasi. Cobalah sekali-kali anda sebagai guru melihat cara siswa kita saat ini menulis pesan lewat sms, anda akan kaget membaca bahasa Indonesia yang dirubah dan ditulis sedemikian rupa. Menugaskan siswa kita mengetikkan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan meminta mereka mengirim lewat sms ke nomor anda akan membuat siswa menjadi punya ‘versi’ lain dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dengan orang lain.
- Penugasan yang bersifat kreatif dan mengasah daya cipta. Terbukti dimasa ekonomi sulit, ada bidang yang tidak akan terimbas krisis, bidang tersebut adalah bidang kreatif. Tugaskan siswa anda untuk menciptakan sebuah lagu untuk menyederhanakan pengertian yang sulit dalam kaitannya dengan pelajaran anda, atau poster untuk menggiring opini orang lain dalam pokok bahasan yang anda lakukan dikelas.
- Memberikan mereka pilihan. Terbukti dengan kita memberikan pilihan bagi siswa untuk melakukan penugasan yang dipilih oleh mereka sendiri akan membuat siswa merasa bertanggung jawab dalam mengerjakannya. Karena biasanya pilihan mereka Tugas anda hanyalah menjadi konsultan dan mitra saat mereka mengerjakan tugas pilihan mereka sendiri.
2.3 Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran Sejarah
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya. Tujuan pendidikan untuk
menghasilkan manusia yang cerdas dapat dikembangkan dengan baik apabila semua
aspek kecerdasan yang dikemukakan Gardner (2000) dan ditambah dengan kecerdasan
emosional berahasil dikembangkan dengan baik pada diri setiap peserta didik. Suatu kebiasaan
adalah kemampuan yang harus dikembangkan melalui pendidikan, dalam suatu proses
panjang terus menerus berkesinambungan sebagai halnya dengan mengaembangkan
keteramplan, sikap, dan nilai. Dengan demikian kebiasaan berfikir kritis harus
dimilki peserta didik yang belajar sejarah harus berlatih sejak awal sampai ia
mengikuti pelajaran sejarah di SD sampai keperguruan tinggi.
Berfikir Kritis adalah suatu konsep . setiap memiliki atribut dan
konsep dibedakan dari konsep lainnya berdasarkan atribut yang dimilikinya dan
struktur atribut tersebut. Menurut Harris(2001) kemmapuan berfikir kritis
memiliki empat atribut diantara:
b.
Analisis adalah kempuan
untuk memecahkan bagian-bagian daari suatu informasi, melakukan pengelompokan
bagian-bagian informasi, menentukan keterkaitan antara satu informasi dengan
informasi yang lain baik hubungan sebab-akibat ataupun dalam hubungan lainnya,
dan menarik kesimpulan mengenai suatu informasi.
c.
Attention adalah sesuatu
yang sering kali diabaikan dalam pendidikaan sejarah. Perhatian tersebut harus
dikembangkan terhadap materi pelajaran, fenomena yang ada disekitar peserta
didik dan fenomena yang ada di Indonesia dan dunia. Pengembangan perhatian
dalam pelajaran sejarah, dimualia dari peristiwa yang paling menarik sampai
pada peristiwa yang kuarang menarik perhatian peserta didik.
d.
Awareness atau kesadaran adalah
kesadaran dengan kemampuan untuk melihat pada yang terjadi di sekitar
seseorang. Atribut yang ketiga ini menjelaskan pendidikan sejarah harus
mengubah orientasi kurikulum dari sesuatu yang terpisah dari kehidupan perserta
didik menjadi sesuatu yang berkaitan dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik. Melalui cara ini maka peserta didik akan tertanam
untuk melihat apa yang terjadi disekitarnya, mempderhatikannya dan
mengembangkan apaa yang dilihat tersebut menjadi suatu kajian kritis.
e.
Pemberian pertimbangan atau independent judgement adalah pertimbangan atau
evaluasi berdasarkaan bukti-bukti yang ada dan valid. Ini ditempatkan dalam
kemampuaan kognitif yang tinggi. Pertimbangan
bukti-bukti yang ada dan valid bagi pendidikan sejarah pada dasrnya
adalah proses pemaknaan atau penilaian
berdasrkan bukti yang valid. Pendidikan sejarah yang berhasil dalam
pengmabngan kemampuan ini memberikan alat kehidupan kritis bagi peserta didik.
Model pembelajaran
diartikan sebagai suatu pedoman ataupun kerangka acuan berfirkir , maka
strategi di maknai sebagai pola kegiatan pembelajaran yang berurutan yang
diterapkan dari waktu ke waktu yang di arahkan untuk mencapai suatu hasil
belajar peserta didik yang diinginkan. Model pembelajaran menurut Dahlan (
1990) memiliki empat ciri khusus yakni :
1.
Rasional
teoritik logis yang utuh dan menyeluruh yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2.
Landasan
pemikiran tentang sintax ( pola urutan ) .
3.
Perilaku
( kinerja ) mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil .
4.
Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat di capai dengan sukses.
Dengan demikian merupakan hal yang penting bagi para pengajar untuk
mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui
. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran maka para guru sejarah
akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelasnya.
Ø Teori konstruktivisme ( Suparno , 1997) pada intinya memandang
bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks , mengecek informasi baru dengan aturan – aturan lama , dan
merevisinya manakala aturan – aturan itu tidak lagi sesuai . Satu prinsip yang
harus Anda pahami adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa , namun memberikan ruangan yang seluas – luasnya
kepada para peserta didik membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya .
Guru dapat memberi tangga kepada siswa untuk mencapai pemahaman dan kemampuan
yang lebih tinggi. Teori tersebut sebenarnya merupakan pengembangan dari kerja
Piaget, Vigotsky, Bruner dan lain – lain.
Ø Teori perkembangan Kognitif dari Piaget (Monk dkk,1994) pada
esensinya mengatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses di mana
anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
pengalaman pengalaman dan interaksi - interaksi mereka . Diapun mengatakan
bahwa pengalaman – pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan memiliki peranan
penting di dalam perkembangan kognitif seseorang ,Sementara pergaulan dengan
teman sebaya akan membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya membuat
pemikiran menjadi lebih logis . Temuan lain adalah bahwa perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan
aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Implikasi dalam proses pembelajaran
adalah para guru pada saat memperkenalkan informassi sebaiknya melibatkan
peserta didik menggunakan konsep – konsep yang telah mereka miliki , dan
memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide- ide dengan menggunakan pola
berpikir mereka .
Ø Teori Dewey (Gredler,1994) pada intinya mengemukakan bahwa belajar
itu sesungguhnya merupakan konstelasi dari berbagai pengalaman yang dimiliki
oleh seseorang . Oleh karenanya memberi seluas- luasnya kesempatan kepada anak
untuk memperoleh pengalaman merupakan esensi dari belajar . Bekerja adalah
bentuk belajar yang sekaligus memperkaya pengalaman mereka . Pemikiran Dewey
dikenal dengan ungkapan ”learning by doing ” , dan untuk itu dia menganjurkan
agar isi pelajaran hendaknya di mulai dari pengalaman peserta didik , dan
berakhir pada pola struktur mata pelajaran . Dengan demikian ”bekerja ”
memiliki makna yang penting dalam memberikan pengalaman , dan pengalaman
memimpin peserta didik berfikir sehingga dapat bertindak bijaksana dan benar . Para
guru di anjurkan untuk merancang pembelajaran yang di dalamnya melibatkan
pengalaman peserta didik melalui aktivitas ”bekerja” untuk memperoleh
pengalaman yang baru .
Ø Bruner dalam Dahlan ( 1990) menemukan bahwa belajar penemuan ( discovery
learning ) dapat diartikan atau disepadankan dengan proses pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia , dan dengan sendirinya memberi hasil
yang paling baik . Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya , menghasilkan pengetahuan yang benar – benar
bermakna. Bruner menyarankan kepada para guru untuk memberi kesempatan yang
seluas – luasnya kepada peserta didiknya untuk berpartisipasi secara aktif
dengan konsep – konsep dan prinsip – prinsip , serta memperoleh pengalaman ,
dan melakukan eksperimen – eksperimen , dan yang pada akhirnya mereka mampu menemukan prinsip
– prinsip itu sendiri .
Berdasarkan
pengkajian terhadap teori – teori tersebut dapat di amati benang merahnya ,
yakni bahwa teori belajar manapun memberi porsi perhatian yang besar akan
pentingnya memberi kesempatan tumbuhnya kemandirian peserta didik dan akhirnya
mereka mampu meraih pengetahuan , pemahaman dan ketrampilan yang layak yang
mereka perlukan dalam menjalani kehidupannya
serta membantu dalam pengembangan
Pemilihlan
model pembelajaran disamping mempertimbangkan hal – hal yang bersifat metodik ,
juga harus memperhatikan karakter dari ilmu maupun kajian yang menjadi sumber
materi pembelajaran . Sumber materi pembelajaran sejarah adalah sejarah baik
pada kedudukannya sebagai ilmu , peristiwa maupun kisah . Pembelajaran sejarah
yang sesuai dengan karakteristik sejarah adalah pembelajaran yang mengandung
kemampuan sebagai berikut :
a.
Mengajak
peserta didik berfikir kesejarahan dengan cara berfikir imajinatif yakni
membayangkan sesuatu peristiwa yang pernah ada dan benar – benar terjadi .
b.
Melatih
intelektual peserta didik sehingga mampu menarik generalisasi – generalisasi
dalam sejarah dengan menggunakan belajar inkuiri dan belajar kooperatif .
c.
Membimbing
peserta memahami konsep – konsep secara induktif maupun deduktif .
d.
Menunjukan
realita – realita yang hidup di masyarakat dengan menanamkan kesadaran
kesejarahan dan perspektif.
e.
Membimbing
peserta didik menemukan dan merasakan fungsi dan manfaat belajar sejarah di
dalam praktik kehidupan sosial sehari – hari baik secara individu maupun
kelompok
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Ditinjau dari dimensi pribadi, kreativitas dimiliki oleh setiap
pribadi (orang) yang lahir di dunia. Ditinjau dari dimensi proses, kreativitas
dapat tumbuh dan berkembang merupakan hasil dari proses interaksi antara
faktor-faktor psikologis (internal) dan lingkungan (eksternal). Ditinjau dari
dimensi pendorong, kreativitas dapat berkembang optimal perlu pendorong, yaitu
kondisi yang mendorong seseorang ke perilaku kreatif. Pendorong harus datang
dari diri sendiri (internal) berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk
mencipta, dan mendapat dukungan atau pendorong dari luar (eksternal) baik dari
lingkungan dekat seperti teman sejawat maupun dari lingkungan makro seperti
masyarakat dan kebudayaan di mana ia tinggal. Ditinjau dari dimensi produk,
kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang: 1) baru
(novel), 2) berguna (useful), dan 3) dapat dimengerti (understandable), baik
berupa benda maupun gagasan.
Pemilihlan model pembelajaran disamping mempertimbangkan hal – hal
yang bersifat metodik , juga harus memperhatikan karakter dari ilmu maupun
kajian yang menjadi sumber materi pembelajaran . Sumber materi pembelajaran
sejarah adalah sejarah baik pada kedudukannya sebagai ilmu , peristiwa maupun
kisah . Pembelajaran sejarah yang sesuai dengan karakteristik sejarah adalah
pembelajaran yang mengandung kemampuan. Dengan demikian siswa diarahkan pada
perhatian pada keadaan di sekitarnya sehingga kan mudah memahi, mengerti serta
mengembangkan pola penalran yang dimilikinya.
3.2 Saran
Metode belajar efektif dan menyenangkan seperti school to nature
dapat membantu siswa dalam mengembangkan kreatifitasnya, oleh sebab itu guru
diharapkan setiap harinya mampu membuat ide-ide yang berbeda untuk melakukan
pengajaran pada anak didiknya
Desmita. 2012. Psikologi Pekembangan Peserta Didik. Bandung.
PT REMAJA ROSDAKARYA.
Ismaun, 2001 . Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan
Bermakna. Bandung: Historia Utama Press.
J. S. Suriasumantri. 1984. Ilmu
dalam Perspektif : sebuah kumpulan karangan tentang hakekat Ilmu. Jakarta. PT Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar