Sabtu, 13 Desember 2014

Metode Inquiry




STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
“ Penerapan Metode Inquiry dalam Pembelajaran Sejarah”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.

Tugas Individu

Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
 2014

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Allah YME sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penerapan Metode Inquiry dalam Pembelajaran Sejarah yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Dr. Suranto, M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Menagajar yang telah membimbing;

2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.  Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.





Jember, November 2014



Penulis


DAFTAR ISI


    3.1       Simpulan ………………………………………………….…………………...13
   3.2       Saran …………………………………………..………………………………13












1.1  Latar Belakang

Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Sedangkan strategi sendiri merupakan pola umum perbuatan guru peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode sedangkan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran. Jadi pendekatan lebih luas cakupanya dibandingkan dengan strategi.
Strategi belajar mengajar merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputu sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Ely dalam Uno: 2007). Sedangkan Dick dan Carey (dalam Uno: 2007) berpendapat bahwa strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk didalamnya materi atau paket pengajarannya. Strategi belajar mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu. Gropper mengatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.
Metode, menurut menurut Winarno Surakhmad (dalam Uno: 2007) adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang metode pendekatan pembelajaran inquiry dalam pembelajaran sejarah.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Definisi Metode Inquiry ?
2.      Mengapa Metode Inquiry tepat dalam Pembelajaran Sejarah?
3.      Bagaimana Langkah – langkah Pembelajaran Sejarah dalam Metode Inquiry ?
4.      Apa keuntungan dari penerapan Metode Inquiry ?
5.      Apa kelemahan dari penerapan Metode Inquiry ?

1.3  Tujuan

1.      Untuk mengetahui Definisi Metode Inquiry
2.      Untuk mengetahui Alasan Metode Inquiry tepat dalam pembelajaran sejarah
3.      Untuk mengetahui Langkah – langkah pembelajaran sejarah dalam Metode Inquiry
4.      Untuk mengetahui Keuntungan dari penerapan Metode Inquiry
5.      Untuk mengetahui Kelemahan dari penerapan Metode Inquiry

  

2.1  Definisi Metode Inquiry

Penggunaan Metode pembelajaran “Inquiry” akan memberikan suasana atau iklim yang lebih semangat yang membuat siswa menjadi aktif didalam kelas. Peran guru dalam proses pembelajarannya hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator, siswa lebih di prioritaskan sebagai “student center”. Menurut pendapat beberapa ahli pembelajaran dengan Metode Inquiry ;
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.

2.1.1      Ciri-ciri Pembelajaran Inquiry

Ciri – ciri pendekatan inkuiri yaitu :
1.      Dalam proses belajar – mengajar lebih banyak melemparkan permasalahan kepada siswa untuk dianalisa dan kemudian mencari beberapa alternatif perpecahanya
2.      Interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa lebih bersifat multi arah
3.      Guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswanya yang berfikir secara kritis dan ilmiah.
4.      Dalam proses belajar mengajar guru dalam menyampaikan informasi materi bukan hanya bersifat pengetahuan, tetapi menanamkan sifat dan memberikan ketrampilan praktis kepada siswa
5.      Strategi, metode dan teknik mengajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar lebih bervariatif.
6.      Dalam proses pembelajaran lebih memperlihatkan kadar cara belajar siswa aktif (CBSA) yang tinggi.
Adapun pendapat beberapa ahli mengenai ciri –ciri Inquiry ; Menurut Martin Yamin (2006) ciri-ciri pembelajaran Inquiry, antara lain;
1.      Strategi inquiry menekan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya pembelajaran Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar. Peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru, akan tetapi mereka berperan sendiri untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu.
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan siswa mampu menumbuhkan sikap percaya diri  (self belief).
3.      Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran Inquiry adalah berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dengan demikian dalam metode pembelajaran Inquiry peserta didik tidak dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka menggunkan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran Inquiry bentuk pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik, sehinga pembelajaran inquiry memegang peran penting yang sangat dominan dalam pembelajaran.

2.1.2     Kriteria pendekatan Inquiry

Metode  inquiry adalah pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri. Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian, ketepatan dan kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan masalah yang erat hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan inquiry dengan melalui 5 fase ialah:
1.      Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan untuk diteliti.
2.      Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.
3.      Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat
4.      Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip yang lebih formal
5.      Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat.

2.2  Alasan Metode Inquiry tepat dalam Pembelajaran Sejarah

Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pembelajaran sejarah bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam pelajaran sejarah, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah (Sutrisno: 2008). Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).

2.3  Langkah – langkah pembelajaran sejarah dalam Metode Inquiry

      Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis. Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235). Strategi pelaksanaan inquiry adalah:
1.      Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan.
2.      Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
3.      Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
4.      Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
5.      Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).

2.4  Keuntungan dari penerapan Metode Inquiry

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode inkuiri merupakan suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik untuk mendapatkan jawabannya sendiri (Soewarso, 2000: 57). Metode inkuiri adalah metode pembelajaran yang dalam penyampaian bahan pelajarannya tidak dalam bentuknya yang final, tidak langsung. Artinya, dalam penyampaian metode inkuiri peserta didik sendirilah yang diberi peluang untuk mencari (menyelidiki/meneliti) dan memecahkan sendiri jawaban (permasalahan) dengan mempergunakan teknik pemecahan masalah. Sementara pengajar bertindak sebagai pengarah, mediator, dan fasilitator, yang wajib memberikan informasi yang relevan, sesuai dengan permasalahan atau materi pelajaran. Hal tersebut dapat berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil dalam kelas melalui diskusi dan bermain peran. Dalam kegiatan ini peserta didik dituntut aktif terlibat dalam situasi belajar. Peserta didik menyadari masalah, mengajukan pertanyaan, selanjutnya menghimpun informasi sebelum mengambil keputusan (Munandar, 1995: 85).
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.
Pelaksanana metode pembelajaran inkuiri mempunyai kelebihan  dalam peberapan pembelajaran Sejarah antara lain;
  1. Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa aktif.
  2. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa.
  3. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
  4.  Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
  5. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
  6. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional, yaitu guru yang menguasai kelas.
  7. Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
  8. Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
  9. Dalam diskusi inkuiri, guru dapat mengetahui kedalaman pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai konsep yang sedang dibahas.
Adapun keunggulan yang disampaikan oleh beberapa ahli mengenai keunggulan yang dimiliki pembelajaran Inquiry terhadap pekembangan peserta didik;
1.      Pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2.      Pembelajaran ini dapat memberikan ruang pada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya.
3.      Pemebelajaran ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikolog belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

2.5  Kelemahan dari penerapan Metode Inquiry

Disisi lain selain memiliki ke unggulan dalam pembelajaran sejarah metode Inquiry juga mempunyai kelemahan dalam sitem pembelajaran pada peserta didik diantaranya;

1.      Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi, bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.

2.      Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.

3.      Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.

4.      Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.

5.      Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.

6.      Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, akan sangat merepotkan guru.

7.      Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung.

8.      Pembelajaran akan kurang efektif  jika guru tidak menguasai kelas.


BAB 3.     PENUTUP

3.1  Simpulan

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif. Salah satunya Metode Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah (Sutrisno: 2008). Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan
Pembelajaran dengan metode Inquiry selain meberikan dampak yang baik dalam proses pemebelajaran juga memiliki kelemahan dalam pembelajaran yang dilakukan pada peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

3.2  Saran

Yang perlu diingat bahwa tidak ada suatu model pengajaran yang paling baik dan sempurna. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi metode yang paling baik adalah metode yang cocok dan relevan dengan materi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga guru disarankan untuk memahami dan dapat menginovasikan metode-metode dalam penerapan belajar mengaja


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu & Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Anonim. 2010. Metode Permainan. [ Serial Online ]
http://dewasudewa. files. wordpress. com/2009/12/ metode-permainan.ppt.[ Diakses pada tanggal 4 Nopember 2014 ]
           Anonim. 2010. Metode Pembelajaran Efektif. [ Serial online ]
http:// shinta91. wordpress. com/ 2010/ 01/ 28/metode-pembelajaran-efektif/. [Diakses pada tanggal 4 Nopember 2014]
Anonim. 2010. Metode-Metode-Pembelajaran [ Serial Online ]
 http:// www. scribd. com/ doc/ 1306 5635 / Metode-metode-pembelajaran. [Diakses pada tanggal 4 Nopember 2014]
Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar