Sabtu, 13 Desember 2014

Mencoba Berfikir Sejarah




STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
“ Pengembangan Berfikir Sejarah”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.

Tugas Individu

Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
 2014

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Allah YME sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengembangan Berfikir Sejarah yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Dr. Suranto, M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Menagajar yang telah membimbing;
2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.  Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.





Jember, Oktober 2014



Penulis



  

DAFTAR ISI



    3.1       Simpulan …………………………………………...........................................19
    3.2       Saran ………..…………………………………………………………...…...19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…..20

  

BAB 1.     PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Masa lalu sering kita sebut dengan sejarah. Kata ‘sejarah’ berasal dari beberapa bahasa di antaranya bahasa arab yaitu Syajarotun yabg artinya pohon. Seperti akar pohon yang terus berkembang dari tingkay sederhana ke tingkat kompleks. Dalam perkembangannya menjadi akar, keturunan asal-usul, riwayat dan silsilah. Dalam bahasa inggris sejarah di sebut history, Bahasa Yunani (istoria), bahasa Jerman (geschicht).
Sejarah adalah ilmu yang mandiri. Mandiri, artinya mempunyai filsafat ilmu sendiri, permasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri. Sejarah berarti menafsirkan , memahami,dan mengerti. Kita mualia dengan menunjukan ke khasan sejarah sebagai ilmu. Will Helm Diel They 1833-1911 membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu tentang dunia luar dan ilmu tentang dunia dalam. Ilmu tentang dunia luar adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, sedangkan ilmu tentang dunia dalam adalah ilm-ilmu  kemanusiaan humanities, human studies, cultural sciences dalam ilmu-ilmu kemanusiaan dimasukannya sejarah, ekonomi, sosiologi, anntropologi social, psikologi, perbandingan agama, hokum politik, filologi dan kritik sastra.
Sejarah memiliki pola memanjang dalam waktu, terbatas dalam ruang. Sejarah adalah proses, dan sejarah adalah perkembangan. Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; dia dalam bahasa latin artinya melalui dan chronicus artinya waktu. Sejarah disebut ilmu diakronis, sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalama waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Kedua ilmu ini saling berhubungan.
Disisi lain Sejarah, jika dikembangkan dengan secara lengkap pada anak usia awal sekolah dapat membuka kesempatanyang sangat luas baginya untuk menganalisis dan membangun apresiasi terhadap seluruh bidang kehidupan manusia secara seutuhnya dan terutama dalam hal interaksi di antara sesama manusia hal ini dinamakan Berfikir Kritis.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Konsep Dasar dalam Berfikir Sejarah ?
2.      Bagaimana Cara Berfikir Sejarah ?
3.      Bagaimana Penerapan Berfikir Sejarah ?

1.3  Tujuan

1.      Dapat mengetahui Konsep Dasar dalam Berfikir Sejarah
2.      Dapat mengetahui Cara Berfikir Sejarah
3.       Dapat mengetahui Penerapan Berfikir Sejarah


BAB 2.     PEMBAHASAN

2.1  Konsep Dasar dalam Berfikir Sejarah

Menurut Kuntowijoyo pada dasarnya sejarah merupakan ilmu diakronis yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang sempit. Ketika sejarah bersentuhan dengan ilmu sosial, sejarah menjadi ilmu yang juga sinkronis. Artinya, selain memanjang dalam waktu sejarah juga melebar dalam ruang”. Dengan demikian, selain sebagai ilmu diakronis, dengan sumbangan ilmu lain, maka telah menjadikan sejarah sebagai ilmu diakronis juga ilmu sinkronis, maka lengkaplah sejarah itu.

2.1.1  Syarat-syarat Ilmu Sejarah

Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengalaman masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai masa lampau. Dan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan maka harus dibuktikan secara keilmuan menggunakan metode-metode dan berbagai standard ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan  kebenaran tersebut dapat dibuktikan dengan dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai suatu ilmu karena sejarah sendiri mempunyai syarat-syarat ilmu, antara lain:

1.      Adanya objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
2.      Adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
3.      Kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
4.      Kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang sistematis;
5.      Fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda.

2.1.2        Ciri Utama Sejarah

Cara berpikir sejarah berbeda dengan cara berpikir ilmu pengetahuan alam, perhatian sejarah terfokus pada pengalaman dan tindakan manusia, peristiwa – peristiwa dan kejadian – kejadian. Ciri sejarah , sejarah merupakan :
1.      Peristiwa yang abadi, tidak berubah. Atau suatu peristiwa yang sudah terjadi tidak berubah-ubah  sehingga bukan peristiwa rekaan dengan pembuktian dalam foto, rakaman, kesaksian pelaku sejarah.
2.      Peristiwa unik, hanya terjadi satu kali, tidak terulang persis sama. Atau karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali, peristiwa tersebut tidak dapat diulang, jika ingin diulang tidak akan sama persis.
3.      Peristiwa penting, dijadikan momentum, mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak. Atau karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang, bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak
Sebaliknya  sejarah adalah mengenai  waktu lampau dan dengan demikian maka tanggapan ingatan ( memory impressions ) merupakan suatu bagian dari bahan pokok yang secara mutlak harus ada. Tetapi kenyataan , perbedaan antara sejarah dan ilmu pengetahuan alam tidak setajam itu. Sejarah mencatat tidak saja apa yang diperbuat dan diderita manusia, tetapi juga mempelajari besar peristiwa alam  pada zaman dahulu, misalnya : gempa bumi, banjir, musim kering, dan sebagainya.

Manusia yang menjadi tujuan utama dari studi sejarah dan selanjutnya yang harus kita pertimbangkan adalah macam pengertian yang dituju. Dalam hal ini ada dua kemungkinan untuk dipikirkan:

a)      Bahwasanya ahli sejarah hendaknya membatasi diri pada suatu gambaran yang tepat tentang apa yang terjadi dengan menyusun apa yang mungkin disebut suatu cerita yang terang tentang peristiwa-peristiwa.

b)      Bawa dia seperti jauh melampaui cerita yang sederhanan itu dan bertujuan tidak hanya mengatakan apa yang terjadi tetapi juga menerangkannya.

2.1.3     Kegunaan Sejarah

1.      Secara intrinsik, sejarah berguna sebagai ilmu, sebagai cara mengetahui masa lampau, sebagai pernyataan pendapat dan sebagai profesi.
2.      Secara Ekstrinsik, sejarah dapat digunakan sebagai liberal education. Sejarah mempunyai fungsi dalam perkembangan;
a.      Fungsi edukatif. Nilai – nilai sejarah yang mengandung unsur pendidikan. Seperti nilai kebenaran, kejujuran, kearifan, keadilan, keberania, rela berkorban. Masa lalu harus menjadi pelajran dalam menatap hari esok yang lebih baik. Sejarah adalah guru kehidupan ( Historia Magistra Vitae )
b.      Fungsi Inspiratif. Sejarah banyak menghasilkan berbagai karya. Karya – karya tersebut banyak memberikan inspirasi bagi seniman untuk berkreasi dalam menciptakan karya – karyanya. Misal, kemampuan teknologi bangunan candi borobudhur, dapat memberikan inspirasi bagi para ahli bangunan. Relief candi dapat memberikan inspirasi bagi seniman, dsb.
c.       Fungsi instruktif. Instruktif secara harfiah dapat diartikan pengajran. Konteks ini memberikan arti ketrampilan yang diperoleh dari pengajaran sejarah, berupa ketrampilan berpikir maupun ketrampilan yang bersifat fisik
d.      Fungsi rekreatif. Dapat mengandung pengertian wisata sejarah. Karya sejarah yang berupa peninggalan fisik banyak memberikan kesan kepada masyarakat, kesan tersebut dapat berupa kesan fisik dan non fisik. Kesan fisik misalnya, orang kagum akan nilai seninya sehingga orang menjadi tertarik untuk melakukan kunjungan wisata ke tempat – tempat bersejarah. Kesa non fisik , bisa dilihat dari nilai – nilai yang terkandung dalam bangunan fisik tersebut, misalnya wisata ke masjid demak, dengan tujuan meningkatkan spiritualitas.
e.       Fungsi Pendidikan politik. Nilai – nilai politik sangat kelihatan dalam penulisan sejarah, terutama sejarah yang ditulis pemerintah atau sejarah yang merujuk pada kepentingan pemerintah. Sejarah yang diajarkan di sekolah memiliki misi pendidikan politik yaitu menciptakan warga negara yang baik.
f.       Fungsi pendidikan masa depan. Sejarah adalah suatu studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Waktu dalam pengertian sejarah dapat berupa sebuah garis lurus kedepan yang menunjukan kesinambungan antara masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

2.1.4        Metodologi Sejarah

1.      Heuristik : langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagai sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti
2.      Verifikasi : merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh, menilai sumber sejarah dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:Kritik intern: penilaian keaslian (keautentikan) terhadap isi materi Kritik ekstern: penilaian keaslian terhadap bahan sumber
3.      Intepretasi : proses menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal
4.      Historiografi: proses penyusunan fakta-fakta sejarah dalam sebuah bentuk penulisan sejarah

2.2  Cara Berfikir Sejarah

Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan memiliki akal dan pikiran yang membedakan dengan makluk lainnya. Aktivitas berfikir senantiasa ada dan menjadi bagian dalam proses ilmiah manusia. Sejarawan biasanya memiliki dua macam proses berfikir yang utama  dalam mengelola dan menganalisis sebuah peristiwa dan informasi, yaitu berfikir diakronik dan berfikir sinkronik. Penjelasan sejarah lebih dari pada penjelasan sebab akibat ( penjelasan kausal ). Menekankan sebab akibat dan meninggalkan  penjelasan yang lainnya berarti sebuah reduksi atas hakikat ilmu sejarah. Berfikir Sinkronis dalam Sejarah.

2.2.1     Berfikir Diakronik dalam Sejarah

Sejarah itu diakronis artinya  me­manjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa.
Diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya. Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.
Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini. Adapun ciri  diakronik yaitu:
a.       Mengkaji dengan berlalunya masa;
b.      Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c.       Bersifat historis atau komparatif;
d.      Bersifat vertikal;
e.       Terdapat konsep perbandingan;
f.       Cakupan kajian lebih luas;
Contoh Diakronik;
1.      Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
2.      Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
3.      Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
4.      Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

2.2.2     Berfikir Sinkronik dalam Sejarah

Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa. Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.

Pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak.  Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.

Berdasarkan uraian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.

·         Ciri-ciri Sinkronik antara lain sebagai berikut;
1.      Mengkaji  pada masa tertentu
2.      Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya (karakternya)
3.      Bersifat horizontal
4.      Tidak ada konsep perbandingan
5.      Cakupan kajian lebih sempit
6.      Memiliki sistematis yang tinggi
7.      Bersifat lebih serius dan sulit
Contoh Sinkronik ;
Suatu saat mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang.  Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah:
a.       Tarekat Naqsyabandiyah ;
b.      Qodiriyah di pesantren - pesantren Jawa;
c.       Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´; (metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis.
Contoh:
a.       Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )
b.      Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )

2.2.3     Berfikir Kausalitas dalam Sejarah

 Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun. Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.
LEOPOLD VON RONKE mengeluarkan dictum bahwa hendaknya sejarawan menulis sebagaimana yang terjadi yng sebenarnya. Artinya ,sejarawan harus tunduk kepada fakta ,sejarawan harus punya integritas, dan sejarawan harus objektif (tidak boleh memihak). Dia mengeluarkan dictum itu pada abad ke-19 tatkala pengaruh filsafat positivisme sangat dominan.Dalam kausalitassejarawan harus menganalisis dua hal ,yaitu kasus (peristiwa) dan  perubahan . Keduanya berbeda dalam akibat yang ditimbulkan : kasus bersifat prosesual tanpa perubahan ,sedangkan dalam perubahan terjadi perubahan kausalitas ,yaitu perubahan structural dan perubahan system.Dalam studi kasus kita menemukan adanya kasus tunggal yang kompleks .Kasus tunggal disebut sederhana bila sejarawan menemukan bshwa penyebabnya hanya satu (monokausal),sedangkan kasus tunggal disebut kompleks kalau penyebabnya banyak (multikausal).
Analisis Monokausal.Prinsip kausalitas adalah adanya regularity (keajekan).Detail prinsip itdiantaranya berbunyi demikian “kekosongan otoritas mengakibatkan anarki”;”rezim politik yang mengahadapi kesulitan selalu mencari kambing hitam “;”untuk menghalang solidaritas ,pemerintah menunjuk musuh-musuh maya atau nyata”;ketakadilan menimbulkan perlawanan”;krisis politik mengundang militerisme”.Kausalitas adalah tema ,jadi tidak perlu eksplisit  . Contoh  buku karya John Ingleson, Road To Exail: The Indonesian Nationalist Movement 1927-1934. Tema kausalitas buku ini  ialah ketidakadilan  menimbulkan perlawanan “. Kausalitas buku initidak akan eksplisit , dan kita akan mengira bahwa buku ini memilih jalur narrative hiastori ,sebab buku ini berhasil melacak tema hamper dari hari ke hari .Buku ini melacak gerakan nasionalisme di Indonesia dari sejak 1927 sampai pengasingan tokoh-tokoh nasionalis pada 1934.Di dalamnya kita temukan isu-isu yang hanya kontemporer ,seperti masalah ko dank o, moderat dan dan radikal ,kemajuan social ekonomi dan Indonesia merdeka.

2.2.4     Berfikir Interpestasi dalam Sejarah

Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek (karya seni, ujaran, dll) cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya.
Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.
Tujuan interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian, tapi kadang, seperti padapropaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk mengacaukan pengertian dan membuat kebingungan.

2.2.5     Cara Berfikir Sejarah dalam Peristiwa

Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut penjelasannya:
1.       Konsep Periodisasi dalam Ilmu Sejarah
Secara umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu masa. Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah.
Sejarah sejak manusia ada hingga saat ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak peristiwa atau kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun sejarawan akan kesulitan dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah memahaminya, para ahli kemudian menyusun suatu periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa sejarah.
Contoh periodisasi adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari sejarah Eropa Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad Pertengahan -> Sejarah Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern. Untuk mempermudah pemahaman sejarah Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap periode waktunyanya memiliki ciri-ciri tersendiri.
2.      Konsep Kronologi dalam Ilmu Sejarah
Kehidupan umat manusia diliputi oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang sangat sederhana sampai yang lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I dan II, Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari umat manusia seperti kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan sebagainya. Inilah sebabnya ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia.
Dengan kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa tersebut. Disinilah kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah diklasifikasikan tadi, disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.
3.      Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah
Kata "kronik" dapat ditemukan dalam sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan Cina. Kronik merupakan sejenis kumpulan tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina, seperti Kronok dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu merupan suatu kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musafir atau seorang pujangga dan juga seorang pendeta. Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau kejadian maupun hal-hal yang yang baru ditemukan ketika melakukan perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun yang disinggahinya.
4.      Historiografi dalam sejarah
Penulisan adalah puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah sejarah, yaitu sejarah sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi. Historiografi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented).
Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah (problem solving), yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan no problem orientedadalah karya tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak menggunakan metode penelitian. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah.
Penulisan sejarah dalam historiografi lebih merupakan ekspresi kultural daripada usaha untuk merekam masa lalu. Oleh karena itu, historiografi adalah ekspresi kultural dan pantulan dari keprihatinan kelompok sosial masyarakat atau kelompok sosial yang menghasilkannya

2.3  Penerapan Berfikir Sejarah dalam Pembelajaran

Sejarah merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang dan dengan metode-metode serta standar-standar sendiri.  Mempelajari sejarah merupakan suatu jenis berpikir yang tertentu yang disebut pemikiran historis. Dalam pembelajaran sejarah terdapat dua aspek yang harus diperhatikan oleh guru yakni menguasai fakta dan mengembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan. Melalui kajian sejarah siswa memperoleh gambaran latar belakang kehidupannya sekarang, sehingga belajar tentang peristiwa masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat kontinuitas dengan kehidupan masa kini.
Pengembangan keterampilan berpikir dalam pembelajaran sejarah, menuntut kemampuan guru menciptakan suasana yang kondusif untuk mengembangkan kemampuan dasar siswa sebagai warga Indonesia, mengembangkan watak pribadi yang mandiri, kreatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk merealisasikan dirinya, mengembangkan segenap potensinya yang maksimal.
Menurut Bettelheim (Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich food for their imagination, a sense of history, how the present situation come about”. Sejarah akan memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix (Nash, 1996:2) “a sense of personal involvement in exemplary lives and significant events, an appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah menghu bungkan siswa dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense of personal belonging).
Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan oleh Bettelheim maupun Phenix maka materi sejarah yang akan diberikan kepada siswa dikembangkan berdasarkan 2 (dua) landasan utama, yaitu:
1.      Pemahaman Sejarah
Pemahaman kesejarahan didefinisikan sebagai apa yang harus diketahui oleh siswa tentang sejarah (keluarga, masyarakat, negara, dan dunia). Pemahaman ini digambarkan dari catatan (aspirasi, usaha, perlakuan, kegagalan) aktivitas manusia dalam aspek sosial, politik, sain dan teknologi, ekonomi dan budaya, yang diselaraskan dengan tingkat pemahaman siswa. Memperkenalkan sejarah, seperti sejarah keluarga, sejarah masyarakat, sejarah nasional, dan berbagai sejarah budaya bangsa-bangsa di dunia, akan mengantarkan mereka pada kehidupan, aspirasi, perjuangan, dan usaha, serta kegagalan dari kehidupan nyata manusia yang secara kontekstual disesuaikan dengan tingkat kematangan berpikir mereka. Sehingga jika diuraikan, maka akan kita dapatkan tiga hal berikut ini:
a.       Melalui sejarah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang masyarakat, perbedaan dan perubahan pola struktur keluarga, perbedaan peran laki-laki dan perempuan, peran anak dan kehidupan masa kanak-kanak, dalam berbagai kelompok yang bervariasi, dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
b.      Melalui sejarah siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pola ilmiah untuk mencari pemahaman tentang dunia tempat manusia hidup dan melakukan sesuatu dengan lebih baik/efisien; pemahaman tentang apa yang telah diperoleh manusia termasuk perkembangan sain dan teknologi yang menciptakan terjadinya perubahan.
c.       Melalui sejarah siswa mulai memahami iklim politik yang berkembang dalam masyarakat lokal hingga kepada masyarakat dunia. Hal yang penting sebagai inti permasalahan ini adalah memahami nilai-nilai demokrasi.
2.      Keterampilan Berfikir kesejarahan
Keterampilan berpikir kesejarahan adalah kemampuan yang harus dikembangkan agar siswa dapat membedakan waktu lampau, masa kini, dan masa yang akan datang; melihat dan mengevaluasi evidensi; membandingkan dan menganalisis antara cerita sejarah, ilustrasi, dan catatan dari masa lalu; menginterpretasikan catatan sejarah; dan membangun suatu cerita sejarah berdasarkan pemahaman yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikirnya. Sejarah dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk melakukan analisis dan mengembangkan analisis terhadap aktivitas manusia dan hubungannya dengan sesama. Agar dapat tercipta atmosfir yang demikian, maka siswa harus dikondisikan untuk aktif bertanya dan belajar (active learning), tidak hanya secara pasif menyerap informasi berupa fakta, nama, dan angka tahun sebagai suatu kebenaran.
Terdapat 5 (lima) bentuk berpikir kesejarahan yang dapat mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir kesejarahan yakni:
1)      Chronological Thinking (berpikir kronologis), yaitu membangun tahap awal dari pengertian atas waktu (masa lalu, sekarang dan masa datang), untuk dapat mengidentifikasi urutan waktu atas setiap kejadian, mengukur waktu kalender, mengintertretasikan dan menyusun garis waktu, serta menjelaskan konsep kesinambungan sejarah dan perubahannya.
2)      Historical Comprehension, mencakup kemampuan untuk mendengar dan membaca cerita dan narasi sejarah dengan penuh pengertian, untuk mengidentifikasi elemen dasar dari suatu narasi atau struktur kisah, dan untuk mengembangkan kemampuan menggambarkan masa lalu berdasarkan pengalaman pelaku sejarah, literatur sejarah, seni, artefak, dan catatan-catatan sejarah dari masanya.
3)      Historical Analysis and Interpretation, mencakup kemampuan untuk membandingkan dan membedakan pengalaman-pengalaman, kepercayaan, motivasi, tradisi, harapan-harapan, dan ketakutan-ketakutan dari masyarakat yang berbeda-beda secara kelompok maupun berdasarkan latarbelakangnya, pada kurun waktu yang bervariasi.
4)      Historical Research Capabilities, mencakup kemampuan untuk memformulasikan pertanyaan-pertanyaan sejarah berdasarkan dokumen-dokumen bersejarah, foto-foto, artefak, kunjungan ke situs bersejarah, dan dari kesaksian pelaku sejarah.
5)                     Historical issues-analysis and Decision Making, mencakup kemampuan mengidentifikasi permasalahan yang dikonfrontasikan masyarakat terhadap suatu literatur sejarah, komunitas lokal, negara bagian; untuk menganalisis kepentingan dan motivasi yang bervariasi dari suatu masyarakat
3.1  Simpulan
Sejarah memang merupakan suatu studi ilmiah dalam arti suatu studi yang dipelajari menurut metode dan teknik khusus baginya sendiri. Kebenarannya hanya dapat dicapai melalui pengetian histori atau pengertian filisofis dan hanya dengan perasaan serta pikiran manusia.
Sejarah memiliki pola memanjang dalam waktu, terbatas dalam ruang. Sejarah adalah proses, dan sejarah adalah perkembangan. Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; dia dalam bahasa latin artinya melalui dan chronicus artinya waktu. Sejarah disebut ilmu diakronis, sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalama waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Kedua ilmu ini saling berhubungan.
Sejarah merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang dan dengan metode-metode serta standar-standar sendiri.  Mempelajari sejarah merupakan suatu jenis berpikir yang tertentu yang disebut pemikiran historis. Dalam pembelajaran sejarah terdapat dua aspek yang harus diperhatikan oleh guru yakni menguasai fakta dan mengembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan. Melalui kajian sejarah siswa memperoleh gambaran latar belakang kehidupannya sekarang, sehingga belajar tentang peristiwa masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat kontinuitas dengan kehidupan masa kini.
3.2  Saran
Dengan Pengembangan sejarah akan memperkenalkan sejarah, seperti sejarah keluarga, sejarah masyarakat, sejarah nasional, dan berbagai sejarah budaya bangsa-bangsa di dunia, akan mengantarkan mereka pada kehidupan, aspirasi, perjuangan, dan usaha, serta kegagalan dari kehidupan nyata manusia yang secara kontekstual disesuaikan dengan tingkat kematangan berpikir mereka.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengertian ilmu Pengetahuan.
Nursid Sumaatmadja. 1986. Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Karunia UT.
Saidihardjo, dkk. 1996. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : FIP IKIP
Rifka Rani. 2013. Sejarah sebagai ilmu Pemikiran Sinkronis, Diakronis, dan Kausalitas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar