STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
“ Pengembangan Berfikir
Sejarah”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.
Tugas
Individu
Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Allah YME sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah
“Pengembangan Berfikir Sejarah” yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr.
Suranto, M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Menagajar yang
telah membimbing;
2.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.
Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Jember, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
3.1 Simpulan
…………………………………………...........................................19
3.2 Saran ………..…………………………………………………………...…...19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…..20
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa lalu sering kita sebut dengan sejarah. Kata ‘sejarah’ berasal
dari beberapa bahasa di antaranya bahasa arab yaitu Syajarotun yabg artinya
pohon. Seperti akar pohon yang terus berkembang dari tingkay sederhana ke
tingkat kompleks. Dalam perkembangannya menjadi akar, keturunan asal-usul,
riwayat dan silsilah. Dalam bahasa inggris sejarah di sebut history, Bahasa
Yunani (istoria), bahasa Jerman (geschicht).
Sejarah adalah ilmu yang mandiri. Mandiri, artinya mempunyai filsafat ilmu sendiri, permasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri.
Sejarah berarti menafsirkan , memahami,dan mengerti. Kita mualia dengan
menunjukan ke khasan sejarah sebagai ilmu. Will Helm Diel They 1833-1911
membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu tentang dunia luar dan ilmu tentang dunia
dalam. Ilmu tentang dunia luar adalah ilmu yang mempelajari tentang alam,
sedangkan ilmu tentang dunia dalam adalah ilm-ilmu kemanusiaan
humanities, human studies, cultural sciences dalam ilmu-ilmu kemanusiaan
dimasukannya sejarah, ekonomi, sosiologi, anntropologi social, psikologi,
perbandingan agama, hokum politik, filologi dan kritik sastra.
Sejarah memiliki pola memanjang dalam waktu, terbatas dalam ruang.
Sejarah adalah proses, dan sejarah adalah perkembangan. Menurut Galtung,
sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; dia dalam bahasa
latin artinya melalui dan chronicus artinya waktu. Sejarah disebut ilmu
diakronis, sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalama waktu,
tetapi dalam ruang yang terbatas. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis,
yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam
waktu yang terbatas. Kedua ilmu ini saling berhubungan.
Disisi lain Sejarah, jika dikembangkan dengan secara lengkap pada
anak usia awal sekolah dapat membuka kesempatanyang sangat luas baginya untuk
menganalisis dan membangun apresiasi terhadap seluruh bidang kehidupan manusia
secara seutuhnya dan terutama dalam hal interaksi di antara sesama manusia hal
ini dinamakan Berfikir Kritis.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Konsep Dasar dalam Berfikir Sejarah ?
2.
Bagaimana
Cara Berfikir Sejarah ?
3.
Bagaimana
Penerapan Berfikir Sejarah ?
1.3 Tujuan
1.
Dapat
mengetahui Konsep Dasar dalam Berfikir Sejarah
2.
Dapat
mengetahui Cara Berfikir Sejarah
3. Dapat mengetahui Penerapan
Berfikir Sejarah
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar dalam Berfikir Sejarah
Menurut Kuntowijoyo pada dasarnya sejarah merupakan ilmu diakronis
yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang sempit. Ketika sejarah
bersentuhan dengan ilmu sosial, sejarah menjadi ilmu yang juga sinkronis.
Artinya, selain memanjang dalam waktu sejarah juga melebar dalam ruang”. Dengan
demikian, selain sebagai ilmu diakronis, dengan sumbangan ilmu lain, maka telah
menjadikan sejarah sebagai ilmu diakronis juga ilmu sinkronis, maka lengkaplah
sejarah itu.
2.1.1 Syarat-syarat Ilmu Sejarah
Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengalaman masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai masa lampau. Dan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan maka harus dibuktikan secara keilmuan menggunakan metode-metode dan berbagai standard ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, dan kebenaran tersebut dapat dibuktikan dengan dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai suatu ilmu karena sejarah sendiri mempunyai syarat-syarat ilmu, antara lain:
1.
Adanya
objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab
akibat;
2.
Adanya
metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
3.
Kisah
sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
4.
Kebenaran
fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik
(penilaian) yang sistematis;
5.
Fakta
bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang
berbeda.
2.1.2 Ciri Utama Sejarah
Cara berpikir sejarah berbeda dengan
cara berpikir ilmu pengetahuan alam, perhatian sejarah terfokus pada pengalaman
dan tindakan manusia, peristiwa – peristiwa dan kejadian – kejadian. Ciri
sejarah , sejarah merupakan :
1.
Peristiwa yang abadi, tidak berubah. Atau suatu peristiwa
yang sudah terjadi tidak berubah-ubah
sehingga bukan peristiwa rekaan dengan pembuktian dalam foto, rakaman,
kesaksian pelaku sejarah.
2.
Peristiwa unik, hanya terjadi satu kali, tidak terulang
persis sama. Atau karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali, peristiwa
tersebut tidak dapat diulang, jika ingin diulang tidak akan sama persis.
3.
Peristiwa penting, dijadikan momentum, mempunyai arti dalam
menentukan kehidupan orang banyak. Atau karena peristiwa yang terjadi tersebut
mempunyai arti bagi seseorang, bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang
banyak
Sebaliknya sejarah adalah mengenai waktu lampau dan dengan demikian maka
tanggapan ingatan ( memory impressions ) merupakan suatu bagian dari bahan
pokok yang secara mutlak harus ada. Tetapi kenyataan , perbedaan antara sejarah
dan ilmu pengetahuan alam tidak setajam itu. Sejarah mencatat tidak saja apa
yang diperbuat dan diderita manusia, tetapi juga mempelajari besar peristiwa
alam pada zaman dahulu, misalnya : gempa
bumi, banjir, musim kering, dan sebagainya.
Manusia yang menjadi tujuan utama dari studi sejarah dan selanjutnya yang harus kita pertimbangkan adalah macam pengertian yang dituju. Dalam hal ini ada dua kemungkinan untuk dipikirkan:
a) Bahwasanya ahli sejarah hendaknya membatasi diri pada suatu gambaran yang tepat tentang apa yang terjadi dengan menyusun apa yang mungkin disebut suatu cerita yang terang tentang peristiwa-peristiwa.
b) Bawa dia seperti jauh melampaui cerita yang sederhanan itu dan bertujuan tidak hanya mengatakan apa yang terjadi tetapi juga menerangkannya.
2.1.3 Kegunaan Sejarah
1. Secara intrinsik, sejarah berguna
sebagai ilmu, sebagai cara mengetahui masa lampau, sebagai pernyataan pendapat
dan sebagai profesi.
2. Secara Ekstrinsik, sejarah dapat
digunakan sebagai liberal education. Sejarah mempunyai fungsi dalam
perkembangan;
a. Fungsi
edukatif. Nilai –
nilai sejarah yang mengandung unsur pendidikan. Seperti nilai kebenaran,
kejujuran, kearifan, keadilan, keberania, rela berkorban. Masa lalu harus
menjadi pelajran dalam menatap hari esok yang lebih baik. Sejarah adalah guru
kehidupan ( Historia Magistra Vitae )
b.
Fungsi Inspiratif. Sejarah banyak menghasilkan berbagai karya. Karya – karya
tersebut banyak memberikan inspirasi bagi seniman untuk berkreasi dalam
menciptakan karya – karyanya. Misal, kemampuan teknologi bangunan candi
borobudhur, dapat memberikan inspirasi bagi para ahli bangunan. Relief candi
dapat memberikan inspirasi bagi seniman, dsb.
c.
Fungsi instruktif. Instruktif secara harfiah dapat diartikan pengajran.
Konteks ini memberikan arti ketrampilan yang diperoleh dari pengajaran sejarah,
berupa ketrampilan berpikir maupun ketrampilan yang bersifat fisik
d.
Fungsi rekreatif. Dapat mengandung pengertian wisata sejarah. Karya sejarah
yang berupa peninggalan fisik banyak memberikan kesan kepada masyarakat, kesan
tersebut dapat berupa kesan fisik dan non fisik. Kesan fisik misalnya, orang
kagum akan nilai seninya sehingga orang menjadi tertarik untuk melakukan
kunjungan wisata ke tempat – tempat bersejarah. Kesa non fisik , bisa dilihat
dari nilai – nilai yang terkandung dalam bangunan fisik tersebut, misalnya
wisata ke masjid demak, dengan tujuan meningkatkan spiritualitas.
e.
Fungsi Pendidikan politik. Nilai – nilai politik sangat kelihatan dalam penulisan
sejarah, terutama sejarah yang ditulis pemerintah atau sejarah yang merujuk
pada kepentingan pemerintah. Sejarah yang diajarkan di sekolah memiliki misi
pendidikan politik yaitu menciptakan warga negara yang baik.
f.
Fungsi pendidikan masa depan. Sejarah adalah suatu studi tentang
kehidupan manusia dalam konteks waktu. Waktu dalam pengertian sejarah dapat
berupa sebuah garis lurus kedepan yang menunjukan kesinambungan antara masa
lalu, masa sekarang dan masa depan.
2.1.4 Metodologi Sejarah
1.
Heuristik
: langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagai
sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti
2.
Verifikasi
: merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh,
menilai sumber sejarah dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:Kritik intern:
penilaian keaslian (keautentikan) terhadap isi materi Kritik ekstern: penilaian
keaslian terhadap bahan sumber
3.
Intepretasi
: proses menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi
satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal
4.
Historiografi:
proses penyusunan fakta-fakta sejarah dalam sebuah bentuk penulisan sejarah
2.2 Cara Berfikir Sejarah
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan memiliki akal dan pikiran
yang membedakan dengan makluk lainnya. Aktivitas berfikir senantiasa ada dan
menjadi bagian dalam proses ilmiah manusia. Sejarawan biasanya memiliki dua macam
proses berfikir yang utama dalam
mengelola dan menganalisis sebuah peristiwa dan informasi, yaitu berfikir
diakronik dan berfikir sinkronik. Penjelasan sejarah lebih dari pada penjelasan
sebab akibat ( penjelasan kausal ). Menekankan sebab akibat dan meninggalkan penjelasan yang lainnya berarti sebuah reduksi
atas hakikat ilmu sejarah. Berfikir Sinkronis dalam Sejarah.
2.2.1 Berfikir Diakronik dalam Sejarah
Sejarah
itu diakronis artinya memanjang dalam
waktu tetapi terbatas dalam ruang, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis
maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan
membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A
sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang
waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis
evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang
untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa.
Diakronis
berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos
yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronis dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya
dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti
gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep
diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan
bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan
perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari
jaman ke jaman berikutnya. Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari
peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga,
berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara
kronologis dan kausalita.
Studi
diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah
Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini. Adapun
ciri diakronik yaitu:
a.
Mengkaji
dengan berlalunya masa;
b.
Menitik
beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c.
Bersifat
historis atau komparatif;
d.
Bersifat
vertikal;
e.
Terdapat
konsep perbandingan;
f.
Cakupan
kajian lebih luas;
Contoh Diakronik;
1.
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
2.
Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
3.
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
4.
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
2.2.2 Berfikir Sinkronik dalam Sejarah
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa. Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Kajian sinkronis sejarah mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak. Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.
Berdasarkan uraian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.
·
Ciri-ciri
Sinkronik antara lain sebagai berikut;
1.
Mengkaji pada masa tertentu
2.
Menitik
beratkan pengkajian pada strukturnya (karakternya)
3.
Bersifat
horizontal
4.
Tidak
ada konsep perbandingan
5.
Cakupan
kajian lebih sempit
6.
Memiliki
sistematis yang tinggi
7.
Bersifat
lebih serius dan sulit
Contoh Sinkronik ;
Suatu saat
mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi di
Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi
hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.Penelitian arsip memungkinkan
orang untuk meneliti waktu yang panjang. Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi
juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang
menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang
meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Sedangkan contoh penulisan
sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara
sinkronis lainnya misalnya adalah:
a.
Tarekat
Naqsyabandiyah ;
b.
Qodiriyah
di pesantren - pesantren Jawa;
c.
Kota
- kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´; (metode survey dan
interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang
pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu
sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang
diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah
menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu
diakronis bercampur dengan sinkronis.
Contoh:
a.
Peranan
militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )
b.
Elit
Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
2.2.3 Berfikir Kausalitas dalam Sejarah
Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang
dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan
ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian
memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya
dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal
yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian
sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal
bersama dan tidak diliputi keraguan apapun. Kausalitas dibangun oleh hubungan
antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang
mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.
LEOPOLD VON RONKE mengeluarkan dictum bahwa hendaknya sejarawan
menulis sebagaimana yang terjadi yng sebenarnya. Artinya ,sejarawan harus
tunduk kepada fakta ,sejarawan harus punya integritas, dan sejarawan harus
objektif (tidak boleh memihak). Dia mengeluarkan dictum itu pada abad ke-19 tatkala
pengaruh filsafat positivisme sangat dominan.Dalam kausalitassejarawan harus
menganalisis dua hal ,yaitu kasus (peristiwa) dan perubahan . Keduanya berbeda dalam akibat
yang ditimbulkan : kasus bersifat prosesual tanpa perubahan ,sedangkan dalam perubahan
terjadi perubahan kausalitas ,yaitu perubahan structural dan perubahan
system.Dalam studi kasus kita menemukan adanya kasus tunggal yang kompleks
.Kasus tunggal disebut sederhana bila sejarawan menemukan bshwa penyebabnya
hanya satu (monokausal),sedangkan kasus tunggal disebut kompleks kalau
penyebabnya banyak (multikausal).
Analisis Monokausal.Prinsip kausalitas adalah adanya regularity
(keajekan).Detail prinsip itdiantaranya berbunyi demikian “kekosongan otoritas
mengakibatkan anarki”;”rezim politik yang mengahadapi kesulitan selalu mencari
kambing hitam “;”untuk menghalang solidaritas ,pemerintah menunjuk musuh-musuh
maya atau nyata”;ketakadilan menimbulkan perlawanan”;krisis politik mengundang
militerisme”.Kausalitas adalah tema ,jadi tidak perlu eksplisit . Contoh
buku karya John Ingleson, Road To Exail: The Indonesian Nationalist
Movement 1927-1934. Tema kausalitas buku ini
ialah ketidakadilan menimbulkan
perlawanan “. Kausalitas buku initidak akan eksplisit , dan kita akan mengira
bahwa buku ini memilih jalur narrative hiastori ,sebab buku ini berhasil
melacak tema hamper dari hari ke hari .Buku ini melacak gerakan nasionalisme di
Indonesia dari sejak 1927 sampai pengasingan tokoh-tokoh nasionalis pada
1934.Di dalamnya kita temukan isu-isu yang hanya kontemporer ,seperti masalah
ko dank o, moderat dan dan radikal ,kemajuan social ekonomi dan Indonesia
merdeka.
2.2.4 Berfikir Interpestasi dalam Sejarah
Interpretasi
atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua
atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik
secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal
sebagai interpretasi berurutan). Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan
sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek (karya seni, ujaran,
dll) cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu
interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran
yang sedang berlangsung atau hasilnya.
Suatu
interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran
informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik.
Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai
bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik
secara sadar ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan
menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.
Tujuan
interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian, tapi kadang,
seperti padapropaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk mengacaukan
pengertian dan membuat kebingungan.
2.2.5 Cara Berfikir Sejarah dalam Peristiwa
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang
dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep
kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut
penjelasannya:
1.
Konsep Periodisasi dalam
Ilmu Sejarah
Secara
umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau pembabakan suatu masa.
Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat perkembangan masa dalam
sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah.
Sejarah
sejak manusia ada hingga saat ini tentulah sangat panjang dan terdapat banyak
peristiwa atau kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Para ahli ataupun
sejarawan akan kesulitan dalam memahami ataupun membahas masalah-masalah yang
muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Karena itu, untuk mempermudah
memahaminya, para ahli kemudian menyusun suatu periodisasi sejarah atau
pembabakan-pembabakan masa sejarah.
Contoh
periodisasi adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang. Terdiri dari
sejarah Eropa Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad
Pertengahan -> Sejarah Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah
Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern. Untuk mempermudah pemahaman sejarah
Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap
periode waktunyanya memiliki ciri-ciri tersendiri.
2.
Konsep Kronologi dalam Ilmu Sejarah
Kehidupan
umat manusia diliputi oleh berbagai perkembangan, baik dalam tingkat yang
sangat sederhana sampai yang lebih kompleks. Setiap masa dalam kehidupan manusia
selalu diliputi oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar seperti Perang Dunia I
dan II, Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula peristiwa kecil dari
umat manusia seperti kenaikan tahta seorang raja, ikatan pernikahan dan
sebagainya. Inilah sebabnya ilmu sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki
hubungan erat dengan kehidupan manusia.
Dengan
kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, maka setiap
peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis peristiwa
tersebut. Disinilah kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa yang telah
diklasifikasikan tadi, disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu
kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.
3.
Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah
Kata "kronik" dapat ditemukan dalam sejarah
dinasti-dinasti dari kerajaan Cina. Kronik merupakan sejenis kumpulan
tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina, seperti Kronok
dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu
merupan suatu kumpulan tulisan tentang perjalanan seorang musafir atau seorang
pujangga dan juga seorang pendeta. Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau
kejadian maupun hal-hal yang yang baru ditemukan ketika melakukan
perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun yang disinggahinya.
4.
Historiografi dalam sejarah
Penulisan adalah puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah
sejarah, yaitu sejarah sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan
memahami sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah
yang disebut historiografi. Historiografi terbentuk dari dua akar kata yaitu
history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi artinya tulisan. Jadi
historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang bersifat ilmiah
(problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented).
Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan
berorientasi kepada pemecahan masalah (problem solving), yang tentu saja
penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang dimaksud
dengan no problem orientedadalah karya tulis sejarah yang ditulis tidak
berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak
menggunakan metode penelitian. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam
penyusunan sejarah.
Penulisan sejarah dalam historiografi lebih merupakan ekspresi
kultural daripada usaha untuk merekam masa lalu. Oleh karena itu, historiografi
adalah ekspresi kultural dan pantulan dari keprihatinan kelompok sosial
masyarakat atau kelompok sosial yang menghasilkannya
2.3 Penerapan Berfikir Sejarah dalam Pembelajaran
Sejarah merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang dan
dengan metode-metode serta standar-standar sendiri. Mempelajari sejarah merupakan suatu jenis
berpikir yang tertentu yang disebut pemikiran historis. Dalam pembelajaran
sejarah terdapat dua aspek yang harus diperhatikan oleh guru yakni menguasai
fakta dan mengembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan. Melalui kajian sejarah
siswa memperoleh gambaran latar belakang kehidupannya sekarang, sehingga
belajar tentang peristiwa masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat
kontinuitas dengan kehidupan masa kini.
Pengembangan keterampilan berpikir dalam pembelajaran sejarah,
menuntut kemampuan guru menciptakan suasana yang kondusif untuk mengembangkan
kemampuan dasar siswa sebagai warga Indonesia, mengembangkan watak pribadi yang
mandiri, kreatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk merealisasikan
dirinya, mengembangkan segenap potensinya yang maksimal.
Menurut Bettelheim (Nash, 1996:2) mempelajari sejarah adalah “rich
food for their imagination, a sense of history, how the present situation come
about”. Sejarah akan memperluas pengalaman siswa, seperti dikatakan oleh Phenix
(Nash, 1996:2) “a sense of personal involvement in exemplary lives and
significant events, an appreciation of values and vision of greatness”. Sejarah
menghu bungkan siswa dengan “akarnya”, dan mengembangkan rasa memiliki (a sense
of personal belonging).
Agar dapat mencapai apa yang dikemukakan oleh Bettelheim maupun
Phenix maka materi sejarah yang akan diberikan kepada siswa dikembangkan
berdasarkan 2 (dua) landasan utama, yaitu:
1.
Pemahaman
Sejarah
Pemahaman kesejarahan didefinisikan sebagai apa yang harus
diketahui oleh siswa tentang sejarah (keluarga, masyarakat, negara, dan dunia).
Pemahaman ini digambarkan dari catatan (aspirasi, usaha, perlakuan, kegagalan)
aktivitas manusia dalam aspek sosial, politik, sain dan teknologi, ekonomi dan
budaya, yang diselaraskan dengan tingkat pemahaman siswa. Memperkenalkan
sejarah, seperti sejarah keluarga, sejarah masyarakat, sejarah nasional, dan
berbagai sejarah budaya bangsa-bangsa di dunia, akan mengantarkan mereka pada
kehidupan, aspirasi, perjuangan, dan usaha, serta kegagalan dari kehidupan
nyata manusia yang secara kontekstual disesuaikan dengan tingkat kematangan
berpikir mereka. Sehingga jika diuraikan, maka akan kita dapatkan tiga hal
berikut ini:
a.
Melalui
sejarah diperoleh pemahaman yang mendalam tentang masyarakat, perbedaan dan
perubahan pola struktur keluarga, perbedaan peran laki-laki dan perempuan,
peran anak dan kehidupan masa kanak-kanak, dalam berbagai kelompok yang
bervariasi, dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
b.
Melalui
sejarah siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pola ilmiah untuk
mencari pemahaman tentang dunia tempat manusia hidup dan melakukan sesuatu
dengan lebih baik/efisien; pemahaman tentang apa yang telah diperoleh manusia
termasuk perkembangan sain dan teknologi yang menciptakan terjadinya perubahan.
c.
Melalui
sejarah siswa mulai memahami iklim politik yang berkembang dalam masyarakat
lokal hingga kepada masyarakat dunia. Hal yang penting sebagai inti
permasalahan ini adalah memahami nilai-nilai demokrasi.
2.
Keterampilan
Berfikir kesejarahan
Keterampilan
berpikir kesejarahan adalah kemampuan yang harus dikembangkan agar siswa dapat
membedakan waktu lampau, masa kini, dan masa yang akan datang; melihat dan
mengevaluasi evidensi; membandingkan dan menganalisis antara cerita sejarah,
ilustrasi, dan catatan dari masa lalu; menginterpretasikan catatan sejarah; dan
membangun suatu cerita sejarah berdasarkan pemahaman yang sesuai dengan tingkat
perkembangan berpikirnya. Sejarah dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk
melakukan analisis dan mengembangkan analisis terhadap aktivitas manusia dan
hubungannya dengan sesama. Agar dapat tercipta atmosfir yang demikian, maka
siswa harus dikondisikan untuk aktif bertanya dan belajar (active learning),
tidak hanya secara pasif menyerap informasi berupa fakta, nama, dan angka tahun
sebagai suatu kebenaran.
Terdapat
5 (lima) bentuk berpikir kesejarahan yang dapat mengembangkan kemampuan
keterampilan berpikir kesejarahan yakni:
1)
Chronological
Thinking (berpikir kronologis),
yaitu membangun tahap awal dari pengertian atas waktu (masa lalu, sekarang dan
masa datang), untuk dapat mengidentifikasi urutan waktu atas setiap kejadian,
mengukur waktu kalender, mengintertretasikan dan menyusun garis waktu, serta
menjelaskan konsep kesinambungan sejarah dan perubahannya.
2)
Historical
Comprehension, mencakup
kemampuan untuk mendengar dan membaca cerita dan narasi sejarah dengan penuh
pengertian, untuk mengidentifikasi elemen dasar dari suatu narasi atau struktur
kisah, dan untuk mengembangkan kemampuan menggambarkan masa lalu berdasarkan
pengalaman pelaku sejarah, literatur sejarah, seni, artefak, dan
catatan-catatan sejarah dari masanya.
3)
Historical
Analysis and Interpretation, mencakup
kemampuan untuk membandingkan dan membedakan pengalaman-pengalaman,
kepercayaan, motivasi, tradisi, harapan-harapan, dan ketakutan-ketakutan dari
masyarakat yang berbeda-beda secara kelompok maupun berdasarkan
latarbelakangnya, pada kurun waktu yang bervariasi.
4)
Historical
Research Capabilities, mencakup kemampuan
untuk memformulasikan pertanyaan-pertanyaan sejarah berdasarkan dokumen-dokumen
bersejarah, foto-foto, artefak, kunjungan ke situs bersejarah, dan dari
kesaksian pelaku sejarah.
5)
Historical
issues-analysis and Decision Making,
mencakup kemampuan mengidentifikasi permasalahan yang dikonfrontasikan
masyarakat terhadap suatu literatur sejarah, komunitas lokal, negara bagian;
untuk menganalisis kepentingan dan motivasi yang bervariasi dari suatu
masyarakat
3.1 Simpulan
Sejarah memang merupakan suatu studi ilmiah dalam arti suatu studi
yang dipelajari menurut metode dan teknik khusus baginya sendiri. Kebenarannya
hanya dapat dicapai melalui pengetian histori atau pengertian filisofis dan
hanya dengan perasaan serta pikiran manusia.
Sejarah memiliki pola memanjang dalam waktu, terbatas dalam ruang.
Sejarah adalah proses, dan sejarah adalah perkembangan. Menurut Galtung,
sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; dia dalam bahasa
latin artinya melalui dan chronicus artinya waktu. Sejarah disebut ilmu
diakronis, sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalama waktu,
tetapi dalam ruang yang terbatas. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis,
yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam
waktu yang terbatas. Kedua ilmu ini saling berhubungan.
Sejarah merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang dan
dengan metode-metode serta standar-standar sendiri. Mempelajari sejarah merupakan suatu jenis
berpikir yang tertentu yang disebut pemikiran historis. Dalam pembelajaran
sejarah terdapat dua aspek yang harus diperhatikan oleh guru yakni menguasai
fakta dan mengembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan. Melalui kajian sejarah
siswa memperoleh gambaran latar belakang kehidupannya sekarang, sehingga
belajar tentang peristiwa masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat
kontinuitas dengan kehidupan masa kini.
3.2 Saran
Dengan Pengembangan sejarah akan memperkenalkan sejarah, seperti
sejarah keluarga, sejarah masyarakat, sejarah nasional, dan berbagai sejarah
budaya bangsa-bangsa di dunia, akan mengantarkan mereka pada kehidupan,
aspirasi, perjuangan, dan usaha, serta kegagalan dari kehidupan nyata manusia
yang secara kontekstual disesuaikan dengan tingkat kematangan berpikir mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengertian ilmu
Pengetahuan.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250904-pengertian-ilmu-pengetahuan-sosial/#ixzz2LG0qKwZH [ diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 ]
Nursid
Sumaatmadja. 1986. Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta: Karunia UT.
Saidihardjo,
dkk. 1996. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : FIP IKIP
Rifka Rani. 2013. Sejarah sebagai ilmu Pemikiran Sinkronis,
Diakronis, dan Kausalitas.
www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0CFEQFjAG&url=http%3A%2F%2Frifkaranni.blogspot.com%2F2013%2F12%2Fsejarahsebagaiilmupemikiran.html&ei=dP89VKWFoSyuATI9oLoAQ&usg=AFQjCNGvwE2_mVfAEsNUEKqeZn6nroUtyQ&bvm=bv.77412846,d.c2E [diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar