Sabtu, 13 Desember 2014

Berfikir Ilmiah dalam Sejarah





STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
“ Pengembangan Berfikir ILmiah”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.

Tugas Individu

Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
 2014

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Allah YME sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengembangan Berfikir ILmiah yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.  Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Dr. Suranto, M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Menagajar yang telah membimbing;
2.      Teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.  Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.





Jember, Oktober 2014



Penulis




DAFTAR ISI



    3. 1        Simpulan …………………………………………………………………….20
    3.2        Saran ...……………………………………………………………………….20

   

BAB 1.     PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Proses penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia di mulai dari sebuah proses yang paling dasar, yakni kemampuan manusia untuk berfikir. Meskipun sebenarnya hewan memiliki kemampuan yang sama dengan manusia dalam hal berfikir, tetapi makhluk yang terakhir hanya dapat berfikir dengan kemampuan terbatas pada instink dan demi kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan hewan, manusia dapat kesadaran manusia dalam proses berfikir melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan kebudayaan dan peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan oleh makhluk Tuhan yang lain.
Dalam membahas pengetahuan ilmiah, kegiatan berfikir belum dapat dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia memenuhi beberapa persyaratan tertentu yang disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif .Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Konsep Dasar dalam Berfikir Ilmiah ?
2.      Bagaimana Cara Berfikir Ilmiah ?
3.      Bagaimana Penerapan Berfikir Ilmiah dalam Pembelajaran ?

1.3  Tujuan

1.      Dapat mengetahui Konsep Dasar dalam Berfikir Ilmiah
2.      Dapat mengetahui Cara Berfikir Ilmiah
3.      Dapat mengetahui Penerapan Berfikir Ilmiah

BAB 2.     PEMBAHASAN

2.1  Konsep Dasar dalam Berfikir Ilmiah

Berpikir ilmiah adalah metode berfikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE). Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris, dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway, 1956). Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada (Eman Sulaeman).
Berpikir imiah bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana seseorang yang tidak akan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah namun semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu. Tujuan tertentu dalam hal ini adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau berpikir sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan kepada pengetahuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan) atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah dari pengetahuan manusia. Darinya, kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar atau sahih sebelum kita melakukan penyimpulan terhapat proses berfikir kita. Karena pengetahuan sesungguhnya terdiri atas kesimpulan-kesimpulan dari proses berfikir kita. Dengan kata lain, suatu pengetahuan ilmiah disebut sahih ketika kita melakukan penyimpulan dengan benar pula. Kegiatan penyimpulan inilah yang disebut logika. Dengan demikian kita sudah mendapati hubungan antara syarat berfikir ilmiah dengan kegiatan penyimpulan. Keduanya sama-sama memenuhi suatu pola pikir tertentu yang kita sebut logika.

2.1.1     Syarat-syarat ilmu pengatahuan

Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

a. Objektif ialah kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

b. Metodis  berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah

c.  Sistematis ialah mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
d.  Universal ialah kebenaran yang bersifat umum. Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Metode berpikir ilmiah adalah prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.
Metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapinya.

2.1.2        Nilai Guna Metode Berpikir Ilmiah

Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:

1.      Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)

2.      Merujuk kepada pendapat ahli

3.      Berpegang pada intuisi (metode intuisi)

4.      Menggunakan metode ilmiah

Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya.

Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki. Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran.

Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji. Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada beberapa hal mendasar, yaitu:

1.      Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.

2.      Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu.

3.      Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan.

4.       Adanya uji validitas.

5.      Adanya penarikan kesimpulan yang operasional

6.      Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas.

7.      Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji.

8.      Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.

Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat. Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:

a.       Kemana arah yang hendak dituju ?

b.      Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?

c.       Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan; benarkah telah mulai bergerak ?

Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam kerangka berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.

2.2  Cara Berfikir Ilmiah

2.2.1        Model dan Kriteria Metode Berpikir Ilmiah

Ditinjau dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua pola berpikir ilmiah. Yang pertama adalah berpikir secara rasional, di mana berdasrkan paham rasionalisme ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Dengan kata lain, ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar bagi pengetahuan, diperoleh lewat berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia. Cara berpikir ilmiah yang kedua adalah empirisme. Berbeda dengan orang-orang yang berpikir secara rasional. Menurut orang-orang yang berpaham empirisme ini, pengetahuan ini tidak ada secara apriori di benak kita, melainkan harus diperoleh lewat pengalaman.
Adapun kriteria metode berpikir ilmiah antara lain: (1) berdasarkan fakta; (2) bebas dari prasangka; (3) menggunakan prinsip-prinsip analisis; (4) menggunakan hipotesis; (5) menggunakan ukuran objektif; (6) menggunakan teknik kuantifikasi. (Adib, M. 2011, hal. 137-138)

2.2.2        Cara Berfikir Ilmiah Lainya

1.      Metode Tenacity dan Metode Authority
Metode ini mengajarkan agar seseorang bertahan dengan pendiriannya. Tiap orang menurut metode ini harus memegang teguh apa yang ia yakini. Secara praktis metode ini menjanjikan ketenangan dan keamanan. Jika seseorang dibiarkan hidup dan berpikir menurut keyakinannya, maka ia akan puas dengan dirinya sendiri. Namun metode ini merupakan pendekatan yang paling miskin dari semua jenis metode karena dengan metode ini  seseorang tidak diajak untuk berpikir dan mengajukan pertanyaan apa pun terhadap keyakinan-keyakinannya. Metode yang lebih baik dari method of tenacy adalah method of authority (kebenaran berdasarkan otoritas).  Kebenaran menurut metode ini berasal dari institusi yang memiliki wewenang untuk mengajarkan banyak orang untuk beripkir sendiri dan melarang setiap penelitian pribadi. Institusi cenderung menuntut ketaatan individu. Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah bahwa secara intelektual setiap orang adalah hamba institusi. Dengan metode ini seseorang sudah mulai mempertanyakan sesuatu, namun ia tidak mau memikirkan jawabannya. Otoritas masih masih menjadi sumber utama bagi jawaban atas pertannyaan-pertanyaan.
2.       Metode Apriori
Menurut metode ini seseorang dapat menerima pandangan apa pun jika sesuai dengan pikirannya tanpa harus dibuktikan dengan fakta-fakta empiris yang dapat diamati. Metode ini jelas lebih baik dibandingkan metode pertama dan kedua, meskipun harus diakui metode ini gagal menjelaskan fakta-fakta empiris dengan baik. Dengan metode ini setiap orang mulai mengajukan pertanyaan, menemukan jawabannya sendiri tetapi jawabannya tidak mendasar.  Hal ini disebabkan terutama karena jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sebagian ditentukan oleh selera pribadi.
Metode ini membiarkan alam menampakkan diri dan berbicara kepada ilmuwan. Alam yang diselidiki adalah dunia yang real, yang sama sekali tidak bergantung  pada pandanga kita terhadapnya, dan memiliki hukum-hukum yang tetap. Sementara itu, setiap orang dapat mengenalnya karena ia memiliki pemikiran sendiri dan pengalaman yang memadai. Maka dengan metode ilmiah, seseorang diajak untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya berdasarkan pengalamannya tentang alam.  (Adib M, 2011, hal. 90-91)
3.      Metode Positisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-18570. Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengesampingkan segala uraian di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia mrnolak metafisika, Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
4.      Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda, harusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan cara berkontenplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Gazali.
5.      Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.  Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam dan metode peraturan, juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa yang terkandung dalam pandangannya. Hegel menggunakan metode dialektis untuk menjelaskan filsafatnya, lebih luas dari itu. Menurut Hegel dalam realitas ini berlangsung dialektika. Dan dialektika di sini berarti hal-hal yang berlainan seperti :
a.       Diktator. Di sini manusia diatur dengan baik, tapi eka tidak punya kebebasan (tesis).
b.      Keadaan di atas menamakan lainnya yaitu negara anarki (anti tesis) dan negara-negara tanpa batas, tetapi hidup dalam, kekacauan.
c.       Tesis dan anti tesis ini disintesis yaitu, negara demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan warga negara dibatasi oleh undang-undang dan hidup masyarakat tidak kacau. (Namja, 2012)

2.3  Penerapan Berfikir Ilmiah dalam Pembelajaran

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :
a)      Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
b)      Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah
Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri. Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.
·         Strategi dalam Peningkatan pembelajaran
Guru yang handal adalah guru yang mampu melaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode yang variatif. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode variatif dapat membangkitkan suasana tidak monoton. Motivasi siswa belajar dibangkitkan cara-cara yang berbeda. Pembelajaran, menyenangkan,   aktif, inovatif, rasional, kreatif,  imajinatif, dan kontekstual (pemainkidal).Skenario pembelajaran untuk membangkitkan siswa aktif dengan menggunakan metode (1) tanya jawab  (2) Student Team Achievement Division (STAD) atau model tim siswa berprestasi, (3) pemecahan masalah atau problem based introdution (PBI), dan (4)  model web based intruction  (WBI) atau pembelajaran berbasis internet.
Agar guru tidak terlalu sibuk memilih terlalu banyak teknik membelajarkan siswa, maka penggunaan metode disesuaikan dengan siklus apersepsi, inti, dan penilaian yang secara simultan dengan penerapan siklus eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tiap penggunaan metode menekankan pada fungsi pengembangan kompetensi yang berbeda, namun secara keseluruhan menjadi proses untuk mengasah keterampilan berpikir ilmiah siswa.Penggunaan metode dilakukan secara bertahap, namun demikian guru dapat menggunakannya secara simultan jika situasi belajar membutuhkan perpaduan dua metode atau lebih.
Tanya jawab guru gunakan dalam tahap apersepsi dengan cara mengeksplorasi informasi yang siswa kuasai tentang materi pelajaran; menentukan tujuan, indikator, dan kriteria keberhasilan belajar, dan  mengidentifikasi informasi baru yang perlu siswa ketahui dan keterampilan yang perlu siswa kuasai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya kelas dibagi dalam beberapa kelopok.
STAD (Student Team Achievement Division), setelah siswa memahami tujuan pembelajaran maka kelas dibagi dalam kelompok (tiap kelompok bisa 4 sampai 6 siswa). Pastikan bahwa tiap kelompok memiliki anggota tim yang variatif. Dorong siwa bekerja sama agar saling mengasah pengalaman, memahami masalah, dan merencanakan pemecahan masalah dengan menggunakan teori, saling memperluas pemahaman melalui kegiatan tutor teman sebaya. Di sini mereka menghimpun data, mengolah data, dan untuk mencapai target belajar dalam kelompok. Tiap anggota kelompok bekerja sama dalam rangka meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan memecahkan masalah. Kerja sama ditingkatkan untuk mencari informasi, menghimpun data, mengolah data mengelaboarasi informasi dengan menggunakan berbagai berbagai sumber belajar. Seluruh anggota kelompok mengembangkan kerampilan menjelaskan informasi, contohnya, melalui kegiatan presentasi. Melalui proses ini diharapkan seluruh anggota kelompok menguasai komptensi yang menajadi target belajar. Kerja sama kelompok dalam proses belajar guru nilai dengan menggunakan format acuan penilaian. Di samping penilaian kelompok, kompetensi siswa juga dinilai secara idividual. Total perolehan nilai tiap individu pada tiap kelompok dihitung sebagai nilai kontribusi individu terhadap kelompok. Hasil belajar tiap individu sama-sama menentukan keberhasilan kelompok. Dalam proses ini siswa bekerja sama dalam belajar, namun mendapatkan penilaian secara individual (Eric, 1996).
WBI (Web Based Instruction) adalah pebelajaran untuk mengebangkan lingkungan belajar yang memanfaatkan ketersedian akses internet. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk meningkatkan kemandirian siswa dan menyediakan sumber belajar berbasis komputer atau internet. Siswa mamanfaatkan  sumber belajar yang sangat varitif. Yang perlu guru jamin adalah memndapatkan  informasi yang mereka perlukan dari sumber yang sehat. Di samping itu, siswa dapat dari internet dapat mengenali model pemecahan masalah yang sejenis sebagai contoh.
PBI (Problem based introduction) penggunaan model ini untuk meningkatan keterampilan siswa memecahkan masalah. Penerapan metode ini diawali dengan meningkatkan keterampilan siswa mendefinisikan masalah, menghimpun informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, memilih alternatif pemecahan masalah, melakukan observasi atau percobaan, menghimpun data, menyimpulkan dan menerapkan alternatif solusi pemencahan masalah.
-          Apakah  pertumbuhan tanaman menjauh atau mengarah pada cahaya matahari?
-          Apa yang menyebabkan masyarakat membuang sampah ke sungai?
Berhati-hatilah dalam mendorong siswa mengidentifikasi masalah karena proses ini dapat menghabiskan banyak waktu. Berpikir Ilmiah Proses berpikir ilmiah menurut Antonio Zamora terdiri  atas empat kegiatan utama, yaitu;
·         Melakukan observasi dan mendeskripsikan gejala alam atau fenomena. Observsi dapat dilakukan secara visual atau dengan bantuan teknologi.
·         Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan fenomena dalam hubungan sebab akibat atau dalam hubungan matematis.
·         Menguji hipotesis dengan cara menganalisis hasil observasi, memprediksi hasil observasi tentang adanya fenomena baru. Jika percobaan tidak dapat membuktikan kebenaran hipotesis maka hipotesis harus ditolak atau diubah. Kegiatan kembali ke merumuskan hipotesis berikutnya.
·         Menetapkan teori melalui verikasi ulang.
Kegiatan pengembangan keterampilan berpikir ilmiah ini membutuhkan waktu dua jam pertama tatap muka,  dua jam kegiatan tidak struktur, dua jam tatap muka untuk penyajian hasil karya siswa.
Integrasi STAD, WBI, dan PBI
Kegiatan pembelajaran tim berprestasi, pembelajaran berbasis web, dan problem solving dapat guru kembangkan dalam mengembangkan langkah-langkah pembelajaran  dalam menguasai teori dan menerapkan teori dalam kehidupan nyata. Harapannya dari penggunaan model ini siswa mendapat pengalaman nyata mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah, melalui kegiatan belajar kreatif  di bawah ini.
Melakukan observasi
Mengamati dan mencermati , melihat dari sudut pandang yang berbeda, Cegahlah untuk melompat dengan “melakukan” percobaan. Kita perlu mengingatkan mereka agar menggunakan semua indra mereka ketika mereka mendekati suatu atau kegiatan tertentu. Mintalah siswa untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sudut pandang. Misalnya, Apa yang Anda ingat tentang tanaman ini? Apa yang terjadi ketika anda melihatnya dari atas, jauh, atau sangat dekat? Mari kita tunggu dan lihat apa yang terjadi ketika angin bertiup. Catatlah! Gunakan HP-mu untuk mengambil gambarnya!
Membandingkan data,
Bawalah siswa untuk membandingkan dengan fenomena pada lingkungan yang berbeda.  Perhatikan bagaimana siswa mengekspresikan hubungan antara berbagai hal. Bagaimana menurutmu tanaman ini sama atau berbeda? Di mana Anda melihat tanaman yang serupa? Apa bedanya? Bagaimana stuktur tanaman yang memiliki ciri yang berbeda? Apakah baunya sama atau berbeda? Kegiatan selanjutnya adalah siswa membandingkan data yang diperoleh dari lapangan dengan informasi yang mereka dapat dari internet atau buku referensi.
Mengelompokan informasi
Cobalah atur data tentang tanaman itu dan kelompokan menurut sifat yang anda dikenali. Bagaimana menyusunnya? Tentukan caranya. Coba kenali benda yang dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu kelompok. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengundang siswa untuk merekam hasil penemuan dalam tebel, gambar, atau grafik. Gambar, foto, dan grafik yang mereka buat  perbandingan lebih lanjut. Berapa banyak cara yang dapat kita gunakan untuk mengurutkan tanaman? Dengan dan tanpa bunga, tinggi dan pendek, daun besar dan daun kecil. Berapa banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengelompokan daun, dahan akar? (Bulat, panjang, menunjuk,keras, lunak, tinggi-rendah, lebar-sempit)
Merumuskan hipotesis
Ini adalah merupakan langkah kegiatan berspekulasi. Berdasarkan pengetahuan sebelumnya siswa membuat prediksi. Mereka menggunakan pengalamannya untuk membentuk pengalaman belajar yang baru. Pastikan siswa mengikuti proses ini. Apa jadinya jika menyimpan tanaman di dalam lemari kayu? Akan sinar matahari menyentuh daun? Langkah ini juga membantu anak-anak membuat generalisasi.  Jika mereka melihat bahwa sinar matarahi menerpa daun bambu atau pisang apa yang terjadi? Jika di bawah daun rimbun, bagaimana tanaman di bawahnya menerima sinar matahari?  Apa yang terjadi?
Melakukan eksperimen
Pada tahap ini saatnya anak-anak menguji prediksi mereka. Membuktikan ide-ide mereka dengan percobaan. Membuktikan ide-ide mereka dengan mengamati fakta. Langkah ini adalah untuk memberikan banyak informasi. Mereka akan terus mengeksplorasi informasi. Bangkitkan semangat untuk mencatat informasi dan membandingkan dengan teori yang telah mereka pelajari. Perhatikan bagaimana mereka melakukan kegiatan secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sehingga mereka benar-benar belajar, menjadi pembelajaran yang independen. ” Bagaimana kita bisa menguji apakah cahaya meyentuh daun? Bagaimana dengan daun yang berbeda? Di mana kita dapat meletakkan tanaman untuk melihat apakah tanaman memerlukan cahaya matahari? Apa lagi yang Anda ingin tahu tentang tanaman itu?
Mengevaluasi hasil eksperimen
Langkah ini adalah peluang untuk siswa mengkomunikasikan hasil eksperimen mereka. Mengokunikasikan informasi atau fakta yang mereka dapatkan. Merekam pengalaman belajar melalui kerja sama, mendapatkan pengalaman nyata, tidak sekedar verbal. Mereka  mengubah informasi yang  abstrak ke dalam bentuk gambar, foto, grafik,  dan buku cataan dari kegiatan lapangan. Apakah siswa membuat gambar-bambar dari kegiatan studi ini?  Di mana tempat tanaman itu tumbuh? Tempat yang tidak baik untuk tanaman itu tumbuh di mana? Berapa banyak daun yang bisa menerima cahaya matahari?  Apakah seluruh tujuan yang siswa tentukan  sudah tercapai.  Bagaimana kita bisa menampilkan informasi ini pada grafik? Apakah mereka dapat menyajikan seluruh hasil pekerjaanya secara ringkas dan menarik dengan bantuan teknologi?
Cobalah langkah diterapkan dalam bidang bidang yang lebih luas agar siswa mendapat pengalaman belajar yang kongrit pada berbagai topik. Siswa mendapat pengalaman untuk menerapkan  cara berpikir, menangolah infomasi, dan belajar sambil bekerja di lapangan.
Mempresentasikan hasil observasi atau eksperimen
Presentasi dalam bentuk kerangka karya ilmiah. Dalam langkah ini siswa diharapkan dapat menyajikan hasil studinya dalam kelas. Mempertanggung jawabkan apa yang mereka dapat dan telah guru arahkan sehingga siswa mendapatkan informasi yang seharusnya mereka dapatkan. Melalui langkah ini siswa dapat saling berbagi informasi dan mempublikasikan hasil penemuannya.
Menerapkan hasil studi
Pilihkan  topik yang menarik pada mata pelajaran yang guru harus sampaikan. Saat ini adalah waktu tepat, mengubah pertanyaan-pertanyaan terbuka menjadi kegiatan nyata, dan menghasilkan karya nyata. Pembelajaran tidak berhenti pada bagaimana siswa menghimpun informasi , namun lebih jauh lagi menggunakan informasi untuk mendapatkan pengalaman baru, dan karya nyata. Model pembelajaran ini menarik sebagai bahan melakukan penelitian tindakan kelas. Meneliti semuanya bukan keharusan, memperhatikan sebagian secara mendalam dan faktual sehingga dapat menjadi bahan perbaikan cara guru mengajar itu lebih baik.
Pertama, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada penuh kajian objek-objek material yang dapat diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera.
Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapuasan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian  memulai  pengematan dan percobaan atas materi..Setelah melakuakan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang didapat  ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu menyadari bahwa masaslah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara entologi, ilmu membatasu dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan masalah tersebut”.
3.1  Simpulan
Dalam membahas pengetahuan ilmiah, kegiatan berfikir belum dapat dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia memenuhi beberapa persyaratan tertentu yang disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir.
Ditinjau dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua pola berpikir ilmiah. Yang pertama adalah berpikir secara rasional, di mana berdasrkan paham rasionalisme ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Dengan kata lain, ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar bagi pengetahuan, diperoleh lewat berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia. Cara berpikir ilmiah yang kedua adalah empirisme. Berbeda dengan orang-orang yang berpikir secara rasional. Menurut orang-orang yang berpaham empirisme ini, pengetahuan ini tidak ada secara apriori di benak kita, melainkan harus diperoleh lewat pengalaman.
3.2  Saran
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah dari pengetahuan manusia. Darinya, kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Untuk itu kita harus mengasah pola pikir agar mampu melakukan berbagai pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA


Adib M, D. M. 2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Adib, D. H. 2011. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad Tafsir. 1992. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http//www.blog/Ahmad Tafsir [diakses pada tanggal 8 oktober 2014]
Anonim. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
http//www.wordpress.com//Suriasumantri, Jujun. 2010. [ diakses pada tanggal 8 oktober 2010 ]
Anonim. 2013. Metode Berfikir Ilmiah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar