STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
“ Pengembangan Berfikir
ILmiah”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.
Tugas
Individu
Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Allah YME sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah
“Pengembangan Berfikir ILmiah” yang merupakan salah satu dari komponen nilai tugas individu mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr.
Suranto, M.Pd, selaku Dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Menagajar yang
telah membimbing;
2.
Teman-teman
yang telah memberi dorongan dan semangat;
3.
Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Jember, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
3. 1 Simpulan
…………………………………………………………………….20
3.2 Saran ...……………………………………………………………………….20
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh
manusia di mulai dari sebuah proses yang paling dasar, yakni kemampuan manusia
untuk berfikir. Meskipun sebenarnya hewan memiliki kemampuan yang sama dengan
manusia dalam hal berfikir, tetapi makhluk yang terakhir hanya dapat berfikir
dengan kemampuan terbatas pada instink dan demi kelangsungan hidupnya. Berbeda
dengan hewan, manusia dapat kesadaran manusia dalam proses berfikir melampaui
diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan kebudayaan dan
peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan oleh
makhluk Tuhan yang lain.
Dalam membahas pengetahuan ilmiah, kegiatan berfikir belum dapat
dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia memenuhi beberapa
persyaratan tertentu yang disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan
mendasarkan pada kerangka fikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran
atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir
dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan
penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan
antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran
ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif
.Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang
pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak
hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung
oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah
penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana
berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Konsep Dasar dalam Berfikir Ilmiah ?
2.
Bagaimana
Cara Berfikir Ilmiah ?
3.
Bagaimana
Penerapan Berfikir Ilmiah dalam Pembelajaran ?
1.3 Tujuan
1.
Dapat
mengetahui Konsep Dasar dalam Berfikir Ilmiah
2.
Dapat
mengetahui Cara Berfikir Ilmiah
3.
Dapat
mengetahui Penerapan Berfikir Ilmiah
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar dalam Berfikir Ilmiah
Berpikir ilmiah adalah metode berfikir yang di dasarkan pada logika
deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE). Berfikir ilmiah adalah
berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris, dibahas secara
mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway, 1956). Berfikir
ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis
yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada (Eman Sulaeman).
Berpikir imiah bukanlah berpikir biasa. Berpikir ilmiah adalah
berpikir yang sungguh-sungguh. Artinya, suatu cara yang berdisiplin, di mana
seseorang yang tidak akan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya
berkelana tanpa arah namun semuanya itu diarahkan pada satu tujuan tertentu.
Tujuan tertentu dalam hal ini adalah pengetahuan. Berpikir keilmuan, atau
berpikir sungguh-sungguh adalah cara berpikir yang didisiplinkan dan diarahkan
kepada pengetahuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa metode
adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam
ilmu pengetahuan) atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran
memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah
dari pengetahuan manusia. Darinya, kita membedakan antara pengetahuan yang
ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir
ilmiah belum dapat disebut benar atau sahih sebelum kita melakukan penyimpulan
terhapat proses berfikir kita. Karena pengetahuan sesungguhnya terdiri atas kesimpulan-kesimpulan
dari proses berfikir kita. Dengan kata lain, suatu pengetahuan ilmiah disebut
sahih ketika kita melakukan penyimpulan dengan benar pula. Kegiatan penyimpulan
inilah yang disebut logika. Dengan demikian kita sudah mendapati hubungan antara
syarat berfikir ilmiah dengan kegiatan penyimpulan. Keduanya sama-sama memenuhi
suatu pola pikir tertentu yang kita sebut logika.
2.1.1 Syarat-syarat ilmu pengatahuan
Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
a. Objektif ialah kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah
c. Sistematis ialah mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya.
d. Universal ialah kebenaran
yang bersifat umum. Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Metode berpikir ilmiah adalah
prosedur, cara dan tekhnik memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan
benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.
Metode ilmiah digunakan untuk
mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Penelitian
ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam
membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapinya.
2.1.2 Nilai Guna Metode Berpikir Ilmiah
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:
1. Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)
2. Merujuk kepada pendapat ahli
3. Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
4. Menggunakan metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu. Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja penelitian. Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya.
Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia untuk mendapat pengetahuan yang hakiki. Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan melakukan penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji. Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada beberapa hal mendasar, yaitu:
1. Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.
2. Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam dokumen tertentu.
3. Adanya pengelompokkan fakta dan data yang signifikan.
4. Adanya uji validitas.
5. Adanya penarikan kesimpulan yang operasional
6. Adanya fungsi timbal balik antara teori dan realitas.
7. Adanya pengembangan dialektika terhadap teori yang sudah teruji.
8. Adanya pembatasan wilayah penelitian yang proporsional.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh karena itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas dasar pembuktian yang akurat. Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:
a. Kemana arah yang hendak dituju ?
b. Bagaimana dan kapan mulai bergerak ?
c. Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang ditargetkan; benarkah telah mulai bergerak ?
Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam kerangka berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada paradigma tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih membuktikan relevansi antara teori dan realitas secara apa adanya.
2.2 Cara Berfikir Ilmiah
2.2.1 Model dan Kriteria Metode Berpikir Ilmiah
Ditinjau dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua pola berpikir
ilmiah. Yang pertama adalah berpikir secara rasional, di mana berdasrkan paham
rasionalisme ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Dengan kata lain,
ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar bagi pengetahuan, diperoleh lewat
berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia. Cara berpikir ilmiah yang
kedua adalah empirisme. Berbeda dengan orang-orang yang berpikir secara
rasional. Menurut orang-orang yang berpaham empirisme ini, pengetahuan ini
tidak ada secara apriori di benak kita, melainkan harus diperoleh lewat
pengalaman.
Adapun kriteria metode berpikir ilmiah antara lain: (1) berdasarkan
fakta; (2) bebas dari prasangka; (3) menggunakan prinsip-prinsip analisis; (4)
menggunakan hipotesis; (5) menggunakan ukuran objektif; (6) menggunakan teknik
kuantifikasi. (Adib, M. 2011, hal. 137-138)
2.2.2 Cara Berfikir Ilmiah Lainya
1. Metode Tenacity dan Metode Authority
Metode ini
mengajarkan agar seseorang bertahan dengan pendiriannya. Tiap orang menurut
metode ini harus memegang teguh apa yang ia yakini. Secara praktis metode ini
menjanjikan ketenangan dan keamanan. Jika seseorang dibiarkan hidup dan
berpikir menurut keyakinannya, maka ia akan puas dengan dirinya sendiri. Namun
metode ini merupakan pendekatan yang paling miskin dari semua jenis metode
karena dengan metode ini seseorang tidak
diajak untuk berpikir dan mengajukan pertanyaan apa pun terhadap
keyakinan-keyakinannya. Metode yang lebih baik dari method of tenacy adalah method of authority (kebenaran
berdasarkan otoritas). Kebenaran menurut
metode ini berasal dari institusi yang memiliki wewenang untuk mengajarkan
banyak orang untuk beripkir sendiri dan melarang setiap penelitian pribadi.
Institusi cenderung menuntut ketaatan individu. Asumsi dasar dari pendekatan
ini adalah bahwa secara intelektual setiap orang adalah hamba institusi. Dengan
metode ini seseorang sudah mulai mempertanyakan sesuatu, namun ia tidak mau
memikirkan jawabannya. Otoritas masih masih menjadi sumber utama bagi jawaban
atas pertannyaan-pertanyaan.
2. Metode Apriori
Menurut metode ini seseorang dapat menerima pandangan apa
pun jika sesuai dengan pikirannya tanpa harus dibuktikan dengan fakta-fakta
empiris yang dapat diamati. Metode ini jelas lebih baik dibandingkan metode
pertama dan kedua, meskipun harus diakui metode ini gagal menjelaskan
fakta-fakta empiris dengan baik. Dengan metode ini setiap orang mulai
mengajukan pertanyaan, menemukan jawabannya sendiri tetapi jawabannya tidak
mendasar. Hal ini disebabkan terutama
karena jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sebagian ditentukan oleh selera
pribadi.
Metode ini membiarkan alam menampakkan diri dan berbicara
kepada ilmuwan. Alam yang diselidiki adalah dunia yang real, yang sama sekali
tidak bergantung pada pandanga kita
terhadapnya, dan memiliki hukum-hukum yang tetap. Sementara itu, setiap orang
dapat mengenalnya karena ia memiliki pemikiran sendiri dan pengalaman yang
memadai. Maka dengan metode ilmiah, seseorang diajak untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya berdasarkan pengalamannya tentang
alam. (Adib
M, 2011, hal. 90-91)
3. Metode Positisme
Metode ini dikeluarkan oleh August
Comte (1798-18570. Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang
faktual, yang positif. Ia mengesampingkan segala uraian di luar yang ada
sebagai fakta. Oleh karena itu, ia mrnolak metafisika, Apa yang diketahui secara
positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian metode
ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang
gejala-gejala saja.
4. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan
berbeda-beda, harusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan
intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan
cara berkontenplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Gazali.
5. Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula
berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun
Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta berarti tahap logika, yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisis sistematik
tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam dan metode peraturan,
juga analisis sistematika tentang ide mencapai apa yang terkandung dalam
pandangannya. Hegel menggunakan metode dialektis untuk menjelaskan filsafatnya,
lebih luas dari itu. Menurut Hegel dalam realitas ini berlangsung dialektika.
Dan dialektika di sini berarti hal-hal yang berlainan seperti :
a. Diktator. Di sini manusia diatur
dengan baik, tapi eka tidak punya kebebasan (tesis).
b. Keadaan di atas menamakan lainnya
yaitu negara anarki (anti tesis) dan negara-negara tanpa batas, tetapi hidup
dalam, kekacauan.
c. Tesis dan anti tesis ini disintesis
yaitu, negara demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan warga negara dibatasi oleh
undang-undang dan hidup masyarakat tidak kacau.
(Namja, 2012)
2.3 Penerapan Berfikir Ilmiah dalam Pembelajaran
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu
biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum
kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah
menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini
maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana
merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata
lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan
ilmiah secara menyeluruh. Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini
merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2
hal, yaitu :
a)
Sarana
ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah
penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir
ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara
lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam
mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
b)
Tujuan
mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan
metode ilmiah
Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya
sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan
bahkan merupakan ilmu tersendiri. Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu
merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka
penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Proses
pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian
ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau
menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus
didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu
langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan
masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir
ilmiah.
·
Strategi
dalam Peningkatan pembelajaran
Guru
yang handal adalah guru yang mampu melaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode yang variatif. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode variatif dapat
membangkitkan suasana tidak monoton. Motivasi siswa belajar dibangkitkan
cara-cara yang berbeda. Pembelajaran, menyenangkan, aktif, inovatif, rasional, kreatif, imajinatif, dan kontekstual (pemainkidal).Skenario pembelajaran untuk membangkitkan siswa aktif dengan menggunakan
metode (1) tanya jawab (2) Student Team Achievement Division (STAD) atau
model tim siswa berprestasi, (3) pemecahan masalah atau problem based
introdution (PBI), dan (4) model web based intruction (WBI) atau
pembelajaran berbasis internet.
Agar guru tidak terlalu
sibuk memilih terlalu banyak teknik membelajarkan siswa, maka penggunaan metode
disesuaikan dengan siklus apersepsi, inti, dan penilaian yang secara simultan
dengan penerapan siklus eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tiap
penggunaan metode menekankan pada fungsi pengembangan kompetensi yang berbeda,
namun secara keseluruhan menjadi proses untuk mengasah keterampilan berpikir
ilmiah siswa.Penggunaan metode dilakukan secara bertahap, namun demikian guru
dapat menggunakannya secara simultan jika situasi belajar membutuhkan perpaduan
dua metode atau lebih.
Tanya jawab guru gunakan dalam
tahap apersepsi dengan cara mengeksplorasi informasi yang siswa kuasai tentang
materi pelajaran; menentukan tujuan, indikator, dan kriteria keberhasilan
belajar, dan mengidentifikasi informasi baru yang perlu siswa ketahui dan
keterampilan yang perlu siswa kuasai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya kelas dibagi dalam beberapa kelopok.
STAD (Student Team Achievement Division), setelah siswa memahami tujuan pembelajaran maka kelas
dibagi dalam kelompok (tiap kelompok bisa 4 sampai 6 siswa). Pastikan bahwa
tiap kelompok memiliki anggota tim yang variatif. Dorong siwa bekerja sama agar
saling mengasah pengalaman, memahami masalah, dan merencanakan pemecahan
masalah dengan menggunakan teori, saling memperluas pemahaman melalui kegiatan
tutor teman sebaya. Di sini mereka menghimpun data, mengolah data, dan untuk
mencapai target belajar dalam kelompok. Tiap anggota kelompok bekerja sama
dalam rangka meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah. Kerja sama ditingkatkan untuk mencari
informasi, menghimpun data, mengolah data mengelaboarasi informasi dengan
menggunakan berbagai berbagai sumber belajar. Seluruh anggota kelompok
mengembangkan kerampilan menjelaskan informasi, contohnya, melalui kegiatan
presentasi. Melalui proses ini diharapkan seluruh anggota kelompok menguasai
komptensi yang menajadi target belajar. Kerja sama kelompok dalam proses
belajar guru nilai dengan menggunakan format acuan penilaian. Di samping
penilaian kelompok, kompetensi siswa juga dinilai secara idividual. Total
perolehan nilai tiap individu pada tiap kelompok dihitung sebagai nilai
kontribusi individu terhadap kelompok. Hasil belajar tiap individu sama-sama
menentukan keberhasilan kelompok. Dalam proses ini siswa bekerja sama dalam
belajar, namun mendapatkan penilaian secara individual (Eric, 1996).
WBI (Web Based Instruction) adalah pebelajaran
untuk mengebangkan lingkungan belajar yang memanfaatkan ketersedian akses
internet. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk meningkatkan kemandirian
siswa dan menyediakan sumber belajar berbasis komputer atau internet. Siswa
mamanfaatkan sumber belajar yang sangat
varitif. Yang perlu guru jamin adalah memndapatkan informasi yang mereka perlukan dari sumber
yang sehat. Di samping itu, siswa dapat dari internet dapat mengenali model
pemecahan masalah yang sejenis sebagai contoh.
PBI (Problem based introduction) penggunaan model ini
untuk meningkatan keterampilan siswa memecahkan masalah. Penerapan metode ini
diawali dengan meningkatkan keterampilan siswa mendefinisikan masalah,
menghimpun informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, memilih
alternatif pemecahan masalah, melakukan observasi atau percobaan, menghimpun
data, menyimpulkan dan menerapkan alternatif solusi pemencahan masalah.
-
Apakah pertumbuhan tanaman menjauh atau mengarah
pada cahaya matahari?
-
Apa yang menyebabkan
masyarakat membuang sampah ke sungai?
Berhati-hatilah dalam mendorong siswa mengidentifikasi masalah karena
proses ini dapat menghabiskan banyak waktu. Berpikir Ilmiah Proses berpikir
ilmiah menurut Antonio Zamora terdiri
atas empat kegiatan utama, yaitu;
·
Melakukan observasi dan
mendeskripsikan gejala alam atau fenomena. Observsi dapat dilakukan secara
visual atau dengan bantuan teknologi.
·
Merumuskan hipotesis
untuk menjelaskan fenomena dalam hubungan sebab akibat atau dalam hubungan
matematis.
·
Menguji hipotesis
dengan cara menganalisis hasil observasi, memprediksi hasil observasi tentang
adanya fenomena baru. Jika percobaan tidak dapat membuktikan kebenaran
hipotesis maka hipotesis harus ditolak atau diubah. Kegiatan kembali ke
merumuskan hipotesis berikutnya.
·
Menetapkan teori
melalui verikasi ulang.
Kegiatan pengembangan keterampilan berpikir ilmiah ini membutuhkan waktu
dua jam pertama tatap muka, dua jam
kegiatan tidak struktur, dua jam tatap muka untuk penyajian hasil karya siswa.
Integrasi STAD, WBI, dan PBI
Kegiatan pembelajaran tim berprestasi, pembelajaran berbasis web, dan
problem solving dapat guru kembangkan dalam mengembangkan langkah-langkah
pembelajaran dalam menguasai teori dan
menerapkan teori dalam kehidupan nyata. Harapannya dari penggunaan model ini
siswa mendapat pengalaman nyata mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah,
melalui kegiatan belajar kreatif di
bawah ini.
Melakukan observasi
Mengamati dan mencermati , melihat dari sudut pandang yang berbeda,
Cegahlah untuk melompat dengan “melakukan” percobaan. Kita perlu mengingatkan
mereka agar menggunakan semua indra mereka ketika mereka mendekati suatu atau
kegiatan tertentu. Mintalah siswa untuk mengumpulkan informasi dari berbagai
sudut pandang. Misalnya, Apa yang Anda ingat tentang tanaman ini? Apa yang
terjadi ketika anda melihatnya dari atas, jauh, atau sangat dekat? Mari kita
tunggu dan lihat apa yang terjadi ketika angin bertiup. Catatlah! Gunakan HP-mu
untuk mengambil gambarnya!
Membandingkan data,
Bawalah siswa untuk
membandingkan dengan fenomena pada lingkungan yang berbeda. Perhatikan bagaimana siswa mengekspresikan
hubungan antara berbagai hal. Bagaimana menurutmu tanaman ini sama atau
berbeda? Di mana Anda melihat tanaman yang serupa? Apa bedanya? Bagaimana
stuktur tanaman yang memiliki ciri yang berbeda? Apakah baunya sama atau
berbeda? Kegiatan selanjutnya adalah siswa membandingkan data yang diperoleh
dari lapangan dengan informasi yang mereka dapat dari internet atau buku
referensi.
Mengelompokan informasi
Cobalah atur data
tentang tanaman itu dan kelompokan menurut sifat yang anda dikenali. Bagaimana
menyusunnya? Tentukan caranya. Coba kenali benda yang dapat dimasukkan ke dalam
lebih dari satu kelompok. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengundang siswa
untuk merekam hasil penemuan dalam tebel, gambar, atau grafik. Gambar, foto,
dan grafik yang mereka buat perbandingan
lebih lanjut. Berapa banyak cara yang dapat kita gunakan untuk mengurutkan
tanaman? Dengan dan tanpa bunga, tinggi dan pendek, daun besar dan daun kecil.
Berapa banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengelompokan daun, dahan akar?
(Bulat, panjang, menunjuk,keras, lunak, tinggi-rendah, lebar-sempit)
Merumuskan hipotesis
Ini adalah merupakan
langkah kegiatan berspekulasi. Berdasarkan pengetahuan sebelumnya siswa membuat
prediksi. Mereka menggunakan pengalamannya untuk membentuk pengalaman belajar
yang baru. Pastikan siswa mengikuti proses ini. Apa jadinya jika menyimpan
tanaman di dalam lemari kayu? Akan sinar matahari menyentuh daun? Langkah ini
juga membantu anak-anak membuat generalisasi.
Jika mereka melihat bahwa sinar matarahi menerpa daun bambu atau pisang
apa yang terjadi? Jika di bawah daun rimbun, bagaimana tanaman di bawahnya
menerima sinar matahari? Apa yang
terjadi?
Melakukan eksperimen
Pada tahap ini saatnya
anak-anak menguji prediksi mereka. Membuktikan ide-ide mereka dengan percobaan.
Membuktikan ide-ide mereka dengan mengamati fakta. Langkah ini adalah untuk
memberikan banyak informasi. Mereka akan terus mengeksplorasi informasi.
Bangkitkan semangat untuk mencatat informasi dan membandingkan dengan teori
yang telah mereka pelajari. Perhatikan bagaimana mereka melakukan kegiatan
secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sehingga mereka benar-benar belajar,
menjadi pembelajaran yang independen. ” Bagaimana kita bisa menguji apakah
cahaya meyentuh daun? Bagaimana dengan daun yang berbeda? Di mana kita dapat
meletakkan tanaman untuk melihat apakah tanaman memerlukan cahaya matahari? Apa
lagi yang Anda ingin tahu tentang tanaman itu?
Mengevaluasi hasil
eksperimen
Langkah ini adalah
peluang untuk siswa mengkomunikasikan hasil eksperimen mereka. Mengokunikasikan
informasi atau fakta yang mereka dapatkan. Merekam pengalaman belajar melalui
kerja sama, mendapatkan pengalaman nyata, tidak sekedar verbal. Mereka mengubah informasi yang abstrak ke dalam bentuk gambar, foto,
grafik, dan buku cataan dari kegiatan
lapangan. Apakah siswa membuat gambar-bambar dari kegiatan studi ini? Di mana tempat tanaman itu tumbuh? Tempat
yang tidak baik untuk tanaman itu tumbuh di mana? Berapa banyak daun yang bisa
menerima cahaya matahari? Apakah seluruh
tujuan yang siswa tentukan sudah tercapai. Bagaimana kita bisa menampilkan informasi ini
pada grafik? Apakah mereka dapat menyajikan seluruh hasil pekerjaanya secara
ringkas dan menarik dengan bantuan teknologi?
Cobalah langkah
diterapkan dalam bidang bidang yang lebih luas agar siswa mendapat pengalaman
belajar yang kongrit pada berbagai topik. Siswa mendapat pengalaman untuk
menerapkan cara berpikir, menangolah
infomasi, dan belajar sambil bekerja di lapangan.
Mempresentasikan hasil
observasi atau eksperimen
Presentasi dalam bentuk
kerangka karya ilmiah. Dalam langkah ini siswa diharapkan dapat menyajikan
hasil studinya dalam kelas. Mempertanggung jawabkan apa yang mereka dapat dan
telah guru arahkan sehingga siswa mendapatkan informasi yang seharusnya mereka
dapatkan. Melalui langkah ini siswa dapat saling berbagi informasi dan
mempublikasikan hasil penemuannya.
Menerapkan hasil studi
Pilihkan topik yang menarik pada mata pelajaran yang
guru harus sampaikan. Saat ini adalah waktu tepat, mengubah
pertanyaan-pertanyaan terbuka menjadi kegiatan nyata, dan menghasilkan karya
nyata. Pembelajaran tidak berhenti pada bagaimana siswa menghimpun informasi ,
namun lebih jauh lagi menggunakan informasi untuk mendapatkan pengalaman baru,
dan karya nyata. Model pembelajaran ini menarik sebagai bahan melakukan
penelitian tindakan kelas. Meneliti semuanya bukan keharusan, memperhatikan
sebagian secara mendalam dan faktual sehingga dapat menjadi bahan perbaikan
cara guru mengajar itu lebih baik.
Pertama, metode ilmiah
tidak dapat digunakan kecuali pada penuh kajian objek-objek material yang dapat
diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan
cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru
yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Melakukan pengamatan terhadap materi
tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun
yang telah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian
ditarik suatu kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera.
Kedua, metode ilmiah
mengasumsikan adanya penghapuasan seluruh informasi sebelumnya tentang objek
yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian memulai
pengematan dan percobaan atas materi..Setelah melakuakan pengamatan dan
percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang
teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang
didapat ini adalah bersifat spekulatif
atau tidak pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini
juga diungkapkan dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu
menyadari bahwa masaslah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit
yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara entologi, ilmu membatasu
dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal
inilah yang membedakan antara ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup
permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan
masalah tersebut”.
3.1 Simpulan
Dalam membahas pengetahuan ilmiah, kegiatan berfikir belum dapat
dimasukkan sebagai bagian dari kegiatan ilmiah, kecuali ia memenuhi beberapa
persyaratan tertentu yang disebut sebagai pola fikir. Berfikir dengan mendasarkan
pada kerangka fikir tertentu inilah yang disebut sebagai penalaran atau
kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat
dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan
penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir.
Ditinjau dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua pola berpikir
ilmiah. Yang pertama adalah berpikir secara rasional, di mana berdasrkan paham
rasionalisme ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Dengan kata lain,
ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar bagi pengetahuan, diperoleh lewat
berpikir rasional, terlepas dari pengalaman manusia. Cara berpikir ilmiah yang
kedua adalah empirisme. Berbeda dengan orang-orang yang berpikir secara
rasional. Menurut orang-orang yang berpaham empirisme ini, pengetahuan ini
tidak ada secara apriori di benak kita, melainkan harus diperoleh lewat
pengalaman.
3.2 Saran
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran
memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah
dari pengetahuan manusia. Darinya, kita membedakan antara pengetahuan yang
ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Untuk itu kita harus mengasah pola pikir
agar mampu melakukan berbagai pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Adib M, D. M. 2011. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Adib, D. H. 2011. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad Tafsir. 1992. Filsafat Umum.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
http//www.blog/Ahmad Tafsir
[diakses pada tanggal 8 oktober 2014]
Anonim. 2010. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer.
http//www.wordpress.com//Suriasumantri, Jujun. 2010. [
diakses pada tanggal 8 oktober 2010 ]
Anonim.
2013. Metode Berfikir Ilmiah
http://larapatiwissang.blogspot.com/2013/03/metode-berfikir-ilmiah-danmetode.html [ diakses pada tanggal 8 oktober
2014 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar