SEJARAH AMERIKA
“KEDATANGAN
EROPA DI AMERIKA”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd.
Tugas
Individu
Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
v KEDATANGAN EROPA DI AMERIKA
Benua
Amerika berasal dari Asia yang menyeberang Selat Bering, selat yang memisahkan
antara benua Asia dan Amerika Kelompok rnigran awal yang datang dalam waktu
yang berbeda-beda tersebut mencari makanan, tempat hidup dan ildim yang lebih
baik untuk menetap. Di tempat baru, mereka membangun pemukiman sambil
mengembangkan kebudayaan baru sesuai dengan lingkungan hidupnya di berbagai
belahan benua Amerika. Di Selatan, mereka menjadi bangsa Aztek di Meksiko,
bangsa Maya di Amerika Tengah dan bangsa Inca di Peru serta mengembangkan
pemerintahan imperium yang dikuasai oleh segolongan aristokrat. Di Amerika
Utara, mereka mengembangkan hidup nomaden, atau berpindah-pindah sambil berburu
binatang, mengumpulkan makanan dan menggunakan alat-alat dari batu. Pertemuan langsung
antara bangsa Eropa dengan penduduk asli Amerika tersebut terjadi ketika
sekelompok penjelajah Norwegia (Norsemen) yang telah mencapai Greenland
mendarat di Vinland, Amerika Utara pada awal abad ke-11. Penjelajan yang
dipimpxn oleh Lcif Ericson (Eric's son, Leif, anak laki-laki Eric
bernama Leif) tidak memiliki dampak bagi masyarakat Eropa terutama penjelajah
untuk memanfaatkan peingalamannya dalam petualangan di Amerika. Demikian juga
dengan penduduk Indian, tidak memperoleh pengaruh apapun dari penjelajahan
tersebut. Namun demikian, setelah penjelajahan Eric tersebut penjelajah Eropa
menyusulnya dengan menemukan beberapa kawasan baru di Amerika.
Pada
tanggal 12 Oktober 1492 salah seorang anggota penjelajah dari Spanyol yang
dipimpin oleh Christopher Columbus, navigator Italia, melihat sebuah
pulau di kawasan Amerika yang kemudian dikenal dengan San Salvador. Setelah
mendarat sebentar, Columbus bcrtemu dengan sekelompok penduduk asli yang
kemudian dikenalnya dengan Indian. Sebutan tersebut didasarkan atas keyakman
bahwa San Salvador adalah East Indies (Indian Timur) sebagai daerah yang
dijadikan tujuan penjelajahannya. Sebutan Indian terhadap semua penduduk
Amerika tersebut menyebar ke seluruh Eropa Barat sehingga semua penjelajah
Eropa menyebut semua penduduk asli Amerika itu sebagai orang-orang Indian.
Setelah kedatangan Columbus tersebut, ribuan penjelajah Eropa menyusulnya dan
mendarat serta bermukim di berbagai 10.
kawasan
Amerika yang disebutnya sebagai New World atau dunia (daerah) baru,
sebagai sebutan yang sangat Eropa sentris. Bagi penduduk asli Amerika daerah
tersebut tidak baru lagi sebab mereka sudah bermukim di kawasan tersebut selama
ribuan tahun. Timbulnya penjelajahan orang-orang Eropa ke Amerika tidak bisa
dilepaskan dari perkembangan sejarah Eropa. Antara abad ke 11 sampai 13
penduduk Eropa yang beragama Kristen secara periodik mengunjungi daerah Laut
Tengah untuk menemukan kembali kota suci dari penguasa Muslim. Penjelajahan
yang terjadi dalam konteks Perang Salib tersebut berpengaruh terhadap
diperkenalkannya rempah-rempah dari Timur yang didatangkan oleh para pedagang
Islam ke Eropa. Pasca Perang salib, rempah-rempah merupakan komoditi yang
sangat berharga dan dapat mendatangkan keuntungan finansial yang berlipat ganda
bagi mereka yang memperdagangkannya. Oleh karena itu, orang-orang Eropa,
terutama Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris berusaha mencari jalan
alternatif ke daerah sumber penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah adanya
dominasi perdagangan oleh orang-orang Italia di laut Tengah dan setelah
jatuhnya Konstantinopel, ibukota Romawi Timur ke tangan Turki Usmania yang
beragama Islam tahun 1453, usaha mencari rempah-rempah dan penjelajahan dunia
semakin intensif. Demikian juga dengan adanya renaissance di Itali abad
ke-15 yang dipelopori oleh para intelektual berusaha mempertanyakan kembali
hakekat penjelajahan dalam aspek invention, discovery dan dunia baru bagi
keunggulan individu dan keunggulan umat manusia.
Penjelajahan
Bangsa Portugis Eksplorasi yang sistematis terhadap
"dunia baru" Amerika dilakukan oleh bangsa Portugis yang dipimpin
oleh Pangerah Henry atau Prince Henry (1394-1460). Henry berambisi untuk
mengembangkan kejayaan Portugal dan oleh karena itu mendorong setiap penjelajah
Portugal untuk melakukan penjelajahan dan menemukan rute baru ke kawastin yang
kaya akan rempah-rempah, emas dan perak. Melalui kepeloporan Henry, bangsa
Portugis memperoleh emas dari Afrika dan menjadikan jalur Portugal dan pantai
Afiika Barat sebagai jalur perdagangan mereka. Sejak tahun 1500 bangsa-bangsa
Eropa lainnya memperoleh emas dari Lisabon sebagai pusat perdagangan emas di
Eropa.
Pada
tahun 1487 Bartholomew Diaz mencapai ujung selatan Afrika Selatan. Setelah
mencapai Tanjung Harapan, Diaz kembali ke Portugal. Penjelajahan ini kemudian
diteruskan seorang marinir Portugal bernama Vasco da Gam a Dalam ekspedisi
ketlua (1497-1499), Vasco da Gama mencapai pelabuhan-pelabuhan India, dan
sekembalinya ke Lisabon dia membawa barang-barang yang sangat berharga di
pasaran Eropa. Melihat banyaknya barang-barang dagangan yang dibawa Diaz, raja
Spanyol, Manuel (1495-1521) mengirimkan 13 kapal baru ke India dibawah pimpinan
Pedro AJvares Cabral. Tujuannya adalah mendirikan pangkalan dagang di
pelabuhan-pelabuhan India. Pelabuhan-pelabuhan penting yang dikuasai bangsa
Portugis akhirnya diserahkan pada kekuasaan tahta Portugal. Misalnya
pelabuhan-pelabuhan di Brazil, Amerika Selatan, yang telah dikuasai para
pedagang Portugis diserahkan kepada tahta Spanyol. Demikian juga dengan
pelabuhan-pelabuhan dagang di Afiika, Jazirah Arab dan India diakui sebagai
milik tahta Portugal. Ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke Brazil pada tanggal 22
April 1500 merintis kekuasaan bangsa Portugis atas wilayah Amerika Selatan.
Para penguasa dan pedagang lokal di daerah yang didatanginya dan yang tidal:
mau tunduk pada Portugal diserang dan ditaklukkannya. Kota-kota pelabuhan India,
seperti Calicut dan Goa dan pelabuhan Ormuz di Iran diserangnya. Dibawah
gubernur Portugal di India, Alfonso cTAlbuquerque (menjabat antara 1509-1515),
kota-kota tersebut diserahkan kepada tahta Portugal. Demikian juga dengan
pelabuhan-pelabuhan lainnya yang semula dikuasai para pedagang Islam dari Arab,
India, Melayu, Maluku dan Malaka ditaklukkannya. Pelabuhan Malaka yang sangat
raniai dan strategis di Selat Malaka direbutnya tahun 1511, demikian juga
dengan pelabuhan-pelabuhan Maluku, sebagai pusat penghasil rempah-rempah,
dikuasainya. Dengan penguasaan langsung-daerah-daerah yang ditaklukkannya maka
negara Portugal mulai merintis politik imperialisme, yaitu politik untuk
menjadikan daerah yang ditaklukkannya sebagai bagian dari imperium seberang lautan
Portugal, dan dikuasai langsung oleh pemerintah pusat di ibukota Lisabon,
Portugal. Portugal merupakan negara pertama sejak jaman penjelajahan yang
menguasai daerah imperium seberang lautan. Melalui politik imperialisme,
Portugal memaksa bangsa-bangsa yang dikuasainya untuk tunduk pada aturan
politik dan ekonomi yang dibuatnya. Dengan deniikian para pedagang yang berada
di bawah kekuasaan bangsa Portugis harus menyerahkan barang hasil produksinya
dengan harga yang ditentukan oleh mereka. 12
Penjelajahan
Bangsa Spanyol. Pelayaran Christopher Columbus (1451-1506)
tahun 1492 dapat ditempatkan dalam konteks penjelajahan bangsa Eropa ke benua
"baru" Amerika. Columbus yakin bahwa dia dapat menemukan rule
terpendek ke arah timur dengan cara berlayar ke arah barat menyeberangi
Atlantik. Dia menyangka San Salvador adalah India, negeri yang kaya akan bahan
rempah-rempah. Antara tahun 1492-1502 Columbus melakukan empat kali pelayaran
ke Amerika dan menemukan kepulauan Caribia. Sampai dia mati, pulau-pulau yang didarataninya
seperti Haiti, Dominica, Puerto Rico, Jamaica, Cuba dan Honduras masih
diyakininya sebagai India. Melalui rintisannya bangsa Spanyol memperoleh
pengetahuan mengenai benua baru Amerika yang kemudian dijadikan sebagai wilayah
koloni Spanyol. Raja Spanyol Ferdinand dan Ratu Isabela akhirnya mensponsori
penjelajahan berikutnya ke Amerika untuk menghadapi dominasi bangsa Portugis
yang telah melakukan penjelajahan dunia. Tindakan raja Spanyol itu menimbulkan
protes Spanyol yang menganggapnya telah mengancam kepentingan Portugal di
Amerika. Paus Alexander VI menengahi pertentangan tersebut dengan cara menarik
garis demarkasi antara Spanyol dan Portugal tahun 1493. Dalam tahun 1494 kedua
negara sepakat dalam Perjanjian Tordesilas bahwa Portugal akan menguasai
Brazil dan sisa benua Amerika oleh Spanyol. Tentu saja perjanian tersebut tidak
berlaku bagi negara-negara lain yang juga berambisi menguasai Amerika. Niat
untuk mencan jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan oleh bangsa Spanyol.
Penguasa Spanyol, Charles V, menugaskan Ferdinad Magellan (1480-1521) untuk
menemukan jalur langsung ke kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil
rempah-rempah. Magellan berlayar ke arah barat-daya melintasi Samudera
Atlantik, dan sampai ke ujung selatan benua Amerika. Dari sana dia menyeberang
ke Samudera Pacifik menuju arah Barat dan sampai di kepulauan Filipina tahun
1521 (pemberian nama kepulauan Philipina dilakukan tahun 1560 setelah kepulauan
tersebut berada di bawah imperialisme Spanyol atas 'nama raja Philip II). Di kepulauan
tersebut Magellan terbunuh. Namun deniikian pelayaran terus dilakukan oleh anak
buahnya hingga tiba kembali di Spanyol thun 1522.
Pelayaran
Magellan berpengaruh besar bagi dunia ilmu pengetahuan dan membuktikan teori
Columbus bahwa dunia ini bulat. Pelayaran ini juga memberi keterangan yang
berharga bahwa Samudera Pasifik demikian luas dan bumi ini lebih besar
dibandingkan dengan yang selama itu dipercayai orang,. 13 Penjelajahan bangsa
Spanyol ke benua Amerika diikuti dengan penaklukan dan kolonisasi. Hernando
Cortez (1485-1547) berhasil mencapai Meksiko dan menaklukkan kerajaan Aztec
yang dikuasai kaisar Montezuma. Sisa-sisa peradaban Aztec dihancurkannya dengan
kejam. Demikian juga dengan kerajaan Inca di Peru dihancurkan oleh bangsa
Spanyol yang dirintis oleh penjelajahan Francisco Pizarro (1470-1541).
Daerah-daerah baru di Amerika Latin dikuasainya dan dijadikan sebagai bagian
dari imperium Spanyol. Penaklukkan itu disusul dengan migrasi penduduk Spanyol
ke daerah yang ditaklukkannya. Pada abad ke 16 di Amerika Selatan telah
terdapat 200.000 penduduk Spanyol.yang melakukan kolonisasi.
Penjelajahan
bangsa Perancis, Belanda. Penjelajahan bangsa Perancis ke
Amerika dimulai oleh Giovanni da Verazzuno (1524) yang menjelajah pantai
Atlantik dan mencari sungai yang bisa dilayari ke arah daratan Sepulun tahun
kemudian, Jacques Cartier mengeksplorasi Newfoundland dan menjelajah Sungai St.
Lawrence yang diangapnya sebagai jalan lintas menuju daratan China. Dalam tahun
1608 Samuel de Champlain melakukan sebelas kali eksplorasi ke Amenka Utara dan
menemukan Quebec. Daerah yang sekarang menjadi wilayah Kanada tersebut dihuni
oleh orang-orang keturunan Perancis. Bangsa Belanda menyusul bangsa Portugis
dan Spanyol melakukan penjelajahan dunia termasuk ke Amenka. Para penjelajah
Belanda sudah banyak yang mendarat di kepulauan Indonesia sejak tahun 1600-an,
terutama setelah tibanya kapal Cornelis de Houtman di Banten tahun 1596. Pada
tahun 1602 para penjelajan dan pedagang Belanda telah mendirikan perserikatan
dagang Belanda di Indonesia dengan nama VOC. Organisasi dagang tersebut
merupakan alat untuk melaksanakan kolonialisme Belanda di Indonesia dan Sri
Lanka. Kolonisasi Belanda di Amerika dimulai sejak didirikannya West India
Company di Pulau Manhattan tahun 1624 sebagai pangkalan dagang kulit binatang
di kawasan Amerika. Pada tahun 1650 organisasi dagang Belanda di Amerika
Selatan berhasil merebut beberapa pangkalan dagang Spanyol dan Portugal
sehingga akhirnya organisasi itu mampu mengontrol jaringan dagang antara
Amerika dan Eropa. Belanda juga mendirikan koloni di New Netherland. Namun
demikian koloni tersebut tidak berkembang, bahkan tahun 1664 koloni tersebut
direbut oleh Inggris dan diganti dengan nama New York. Belanda lebih tertarik
terhadap koloninya di Asia, Indonesia. Latar belakang kolonisasi bangsa
Ingeris di Amerika. Para penjelajah Inggris juga tidak mau ketinggalan
dalam meramaikan penjelajahan dunia. Dimulai dengan penjelajahan John Cabot
(pedagang Genoa yang tinggal di London), yang berniat berlayar ke Brazil tetapi
mendarat di Canada (Newfoundland) tahun 1497, penjelajan Inggris berusaha
menemukan "daerah baru", seperti penjelajah Drake (1577-1580) yang
berhasil mengelilingi dunia, Gilber, dan Releigh menjelajah daratan Amerika
Utara. 15
Kebijaksanan
politik Ingeris dalam melakukan kolonisasi di Amerika Utara sejak abad ke-16
berkaitan dengan situasi politik di dalam negeri. Walaupun klaim Inggris
terhadap Amerika Utara berlangsung sejak penjelajahan John Cabot (1497), klaim
tersebut tidak diikuti dengan tindakan nyata. Pada akhir abad ke-16 Monarki
Tudor telah mengubah kerajaan Inggris sebagai kekuatan utama di Eropa yang siap
bersaing dengan negara-negara lainnya dalam melakukan eksploitasi benua baru.
Setelah keluar dari krisis monarki abad ke-15 yang dikenal dengan "Wars
of Roses" atau perang-perang bunga ros dalam tubuh keluarga monarki, Inggris
memasiki abad ke-16 memperoleh pemerintahan yang kuat di dalam negeri.
Tampilnya keluarga Tudor yang dipirnpin oleh Henry VII (1485-1509) dan Henry
VIII (1509-1547) ditandai dengan upaya mempersatukan semua keluarga monarki
yang bertikai dan menyatukan kesetiaan semua warga negara terhadap tahta
kerajaan. Pada masa pemerintahannya, Henry VIII telah dapat memperoleh
kekuasaannya atas semua keluarga kerajaan, kecuali atas kekuasaan Paus di Roma.
Ketika istri pertama Henry, Catherine of Aragon tidak melahirkan anak laki-laki
sebagai putra mahkota, Henry meminta Paus di Roma untuk membatalkan
perkawinannya. Ketika Paus menolak, Henry menentang Paus dan meminta Parlemen Inggris
untuk memutuskan hubungan dengan Gereja Katholik di Roma. Akhirnya Parlemen
pada tahun 1534 sepakat untuk menghasUkan undang-undang yang mengesahkan
terbentuknya sistem gereja Inggris yang berada di bawah kekuasaan Raja Inggris.
Dengan undang-undang tersebut, Henry, sebagai raja Inggris memiliki kewenangan
atas pajak yang dipungut oleh gereja serta tanah yang dikuasainya. Peristiwa
tersebut merupakan saluran bagi terbentuknya reformasi gereja dan protestanisme
di Inggris.
Setelah
memperoleh kekuatan politik di dalam negeri, Henry berusaha meningkatkan
kekuatan ekonomi dalam negeri melalui perdagangan luar negeri. Sistem pemagaran
tanah atau enclosure telah mampu meningkatkan produktifitas pertanian
dan peternakan sehingga mampu meningkatkan ekonomi Inggris melalui ekspor wool
dan hasil pertanian. Sistem tersebut juga telah menguntungkan golongan tuan
tanah dan para pedagang Namun demikian, akibat dari sistem tersebut telah
banyak petard yang kehilangan lahan garapannya dan meningkarnya urbanisasi.
Antara tahun 1560-1625 penduduk Inggris telah meningkat tiga kali lipat
sehingga menimbulkan kesan pada pemerintah dan warga Inggris bahwa kota-kota
besar mereka telah berpenduduk terlalu banyak (overpopulated). Untuk
mengatasinya, pemerintah Inggris berusaha 16 mencari daerah koloni baru sebagai
tempat tinggal warganya. Amerika sebagai benua baru merupakan pilihan utama
untuk tujuan itu. Kaum migran yang dikirim Inggris diharapkan akan mampu
meningkatkan produktifitasnya untuk kepentingan ekonomi kerajaan Inggris,
seperti halnya telah dilakukan oleh bangsa Spanyol di New Spain, Amerika. Dalam
merealisasikan tujuan itu, Ingeris harus bersaing dengan Spanyol. Setelah
mendapat laporan dari Richard Hakluyt, seorang pendukung kolonisasi Inggris di
Amerika yang menyatakan bahwa Spanyol merupakan ancaman utama bagi kepentingan
kolonisasi Inggris di benua baru tersebut, Inggris mulai meninjau hubungan
persahabatannya dengan Spanyol. Pada masa pemerintahan Elizabeth I (1558-1603)
hubungan Inggris dan Spanyol putus yang disebabkan oleh putusnya hubungan
gereja Inggris dengan Roma dan dukungan Inggris terhadap gereja Protestan
Belanda dalam melawan gereja Katholik Spanyol. Pada tahun 1560-an, John Hawkins
merebut sejumlah pangkalan dagang Spanyol di kepulauan Caribia dan menjual
budak-budak Afiika terhadap pengusaha perkebunan di kawasan itu. Saudara sepupu
Hawkins, Francis Drake juga merebut West Indies Spanyol tahun 1570-an. Antara
tahun 1577-1580, Drake merebut kapal Spanyol yang bermuatan emas di kawasan
Pasifik dan mendirikan Calofonu'a. Sedangkan perusahaan Cathay membiayai
perjalanan Martin Frobister (1576-1578) untuk mengeksplorasi daerah Kanada.
Keberhasilan para penjelajah Ingeris di Amerika terhadap kedudukan Spanyol
tersebut mendorong Inggris untuk mengintensifkan kolonisasinya atas Amerika
Utara. Atas dukungan pemerintah Inggris, Sir Humprey Gilbert (1539-1583)
berhasil mendaratkan 200 pemukim potensial di Newfoundland tahun 1583 dan
diteruskan oleh sudara tirinya, Sir Walter Raleigh (1552-1618) yang mendirikan
koloni Virginia atas penghargaan terhadap ratu Elizabet I yang masih virgin
atau perawan. Sedangkan upaya untuk mendirikan koloni di Pulau Roanoke gagal
setelah tahun 1590 diketahui bahwa semua pemukim di sana telah musnah yang sampai
sekarang tidak diketahui penyebabnya. Kegagalan dalam mendirikan beberapa
koloni di Amerika Utara dijadikan bahan pelajaran oleh Ratu Elizabeth I.
Pertama, keberhasilan kolonisasi tergantung pada sumber pertanian agar para
pemukim tidak tergantung pada orang-orang Indian. Kedua; kaum kolonis harus
memelihara hubungan langsung dengan negeri induk, Inggris. Ketiga, perkembangan
17 koloni tergantung pada dukungan finansial melalui perusahaan pasar modal
yang dikelola secara profesional. Upaya terakhir tersebut baruterwujud pada
awal abad ke-17.
Migrasi
kaum Puritan ke Amerika. Migrasi sekelompok penganut agama
dari Inggris ke benua Amerika berkaitan dengan konflik dalam kehidupan agama di
Inggris. Perpecahan hubungan antara gereja di Inggris dengan Gereja Katholik
Roma pada masa Henry Vin (1509-1547) telah mengubah tatanan keagamaan di
Inggris yang disusul dengan perubahan-perubahan kebijaksanaan yang dilakukan
oleh raja-raja seterusnya. Raja Edward VI (1547-1558) mencoba menerapkan
Protestanisme dalam kehidupan agama. Sedangkan anak Henry yang bernama Mary
(1553-1558) mencoba mengembalikan kehidupan agama Katholik di bawah pengaruh
Paus di Roma. Sedangkan Elizabeth I (1558-1603) mencoba mencari jalan tengah
antara ajaran Katholik dengan Protestan. Sikap Elizabeth ini sama dengan Henry
VIII yang menempatkan Raja Inggris sebagai pemimpin Gereja Inggris tetapi masih
mengakui beberapa prinsip ajaran Katholik, kecuali kepemimpinan Paus di Roma.
Selama pemerintahan Mary, banyak penganut Protestan meninggalkan Inggris menuju
daratan Eropa untuk menghindari penyiksaan. Ketika Elizabeth naik tahta tahun
1553, mereka kembali ke Inggris dan menuntut agar sikap kompromi Ratu Elizabeth
terhadap tradisi Katholik yang masih dianutnya dihapuskan. Kelompok penganut
Protestan "radikal" yang kemudian dikenal dengan Puritan tersebut
menginginakan adanya reformasi dan pembersihan gereja Inggris dari pengaruh
Katholik Puritan sebagai aliran agama mendapat dukungan yang luas dari berbagai
kalangan mulai dari orang-orang Inggris yang tidak puas dengan keadaan sosial
saat itu seperti pengangguran, perampasan tanah akibat esclosure, serta
para pedagang dan kaum aristokrat yang mengalami kesulitan ekonomi akibat
imflasi. Dalam menjalankan kehidupan agamanya, mereka menghendaki pentingnya
memelihara ketertiban dalam beragama dan kehidupan sosial. Para penganutnya
percaya bahwa Puritan bukan hanya mampu menjelaskan pengalaman-pengalaman
religius penganutnya melainkan juga bisa dijadikan alat untuk memecahkan
masalah-masalah sosial. Karena rasa tidak puas dengan kondisi di Inggris
tersebut sebagian penganut Puritan memilih berimigrasi ke benua baru Amerika,
terutama New England. Dengan demikian, migrasi 18 orang-orang Inggris ke
Amerika bukan hanya disebabkan karena daya tank Amerika melainkan juga rasa
tidak puas warganya terhadap situasi di Inggris. Para pembangkang Protestan
yang tidak setuju dengan Gereja Anglikan di Inggris sebenarnya terbelah menjadi
dua kelompok, yaitu Separatist dan Puritan (non separatis). Walaupun
kedua aliran tersebut sepakat mengenai aspek-aspek penting dalam kehidupan
agama, keduanya memiliki perbedaan pandangan mengenai kedudukan gereja. Aliran
Puritan, yang lebih moderat dan memiliki jumlah pengikut lebih banyak, percaya
bahwa Gereja Inggris merupakan gereja yang "benar" walaupun masih
perlu direformasi. Menurut para pendukungnya, adalah penting bagi seorang Kristen
untuk tetap menjalin hubungan dan beribadah di gereja Inggris (Anglikan) untuk
meningkatkan upaya reformasi mereka. Sedangkan menurut penganut Separatis,
beribadah di gereja Anglikan merupakan perbuatan dosa, karena itu penganutnya
hanya boleh beribadah di gerejanya. Dalam kehidupan religi, pengaruh Puritan
nampak lebih besar pada kehidupan agama dan politik di New England. Awal
Kolonisasi Amerika Utara.
Kolonisasi
awal Amerika Utara oleh Inggris mulai lebih intensif sejak pemerintah dipegang
oleh Raja James I (1603-1625) yang berasal dari keluarga Stuart. Untuk
mempermudah kaum kolonis memperoleh wilayah di Amerika Utara, Raja James I
mendekati kembali Spanyol dan mengadakan perjanjian damai tahun 1604. Setelah
perjanjian tersebut, Inggris mulai menata kembali rencananya mengenai
kolonisasi atas Virginia. Didorong oleh kepentingan ekonomi, dua kelompok
pedagang yaitu Virginia Company dan Virginia Company of Plymouth meminta raja Inggris
untuk mendirikan perusahaan pasar modal untuk membiayai kolonisasi Amerika
Utara. Setelah itu berbondong-bondong kaum migran dari Inggris mendatangi benua
baru tersebut. Namun demikian, karena ganasnya alam Virginia dan tidak cocoknya
iklim di sana menyebabkan ribuan kaum migran mati. Dalam tahun 1622 tercatat
6000 migran mati dari 8000 yang sudah bermukim di sana. Kematian tersebut
ternyata tidak menyurutkan kaum pionir, kaum imigran pekerja keras, untuk terus
mencari sumber daya alam bagi keuntungan komersial. Percobaan John Rolfe di
bidang tanaman tembakan tahun 1622 ternyata membuahkan hasil. Setelah
dikembangkan bertahun-tahun, akhirnya Virginia menjadi daerah koloni yang
sangat subur bagi produksi tembakau dan mampu meningkat ekonomi koloni
tersebut.
Model kolonisasi 19 awal Amerika Utara, selain
atas sponsor pemerintah Ingeris juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
dagang yang mencari komoditi ekspor. Virginia dan Massachussetts merupakan
contoh dari dua daerah koloni yang dikembagkan oleh perusahaan-perusahaan
swasta yang juga mendapat sponsor dari Raja Inggris. Para migran kaya yang juga
pengusaha berani mengeluarkan biaya dalam jumlah besar untuk mengongkosi para
pekerja dari Inggris. Mereka mendirikan pusat-pusat pemukiman kaum migram yang
kemudian menjadi daerah-daerah koloni yang memiliki model pemerintahan sendiri.
Pusat-pusat pemukiman seperti New Hampshire, Maine, Maryland, Carolina, New
Jersey dan Pensylvania, adalah kepunyaan para pengusaha yang berasal dari
kalangan bangsawan kaya yang menyewa tanah tersebut dari raja Inggris dengan
bayaran yang sangat rendah atau hanya bersifat lambang saja. Misalnya Lord
Baltimore hanya memberikan dua buah anak panah kepada raja setiap tahunnya dan
william Penn hanya memberikan dua lembar kulit binatang. Dengan karakteristik
daerah koloni dan asal usul yang berbeda-beda namun memiliki persamaan dalam
hal dibangun oleh kaum imigran para pertengahan abad ke-17 telah terbentuk tiga
belas daerah koloni di Amerika Utara, yaitu New Hampshire, Massachusetts, Rhode
Island, Connecticut, Delaware, New York, New Jersey, Pennsilvania, Maryland,
Virginia, North Carolina, South Carolina dan Georgia. Ketiga belas daerah
koloni tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya Amerika Serikat tahun 1776
setelah meletusnya revolusi yang digerakkan oleh kaum kolonis. Berbagai
motivasi orang-orang Eropa bermigrasi ke benua baru Amerika pada abad ke-16.
Motivasi agama, seperti yang dijelaskan di atas merupakan faktor penting.
Selain dari Inggris, banyak juga orang-orang Jerman dan Irlandia bermigrasi ke
Pennsylvania dan North Carolina berusaha mencari kebebasan agama. Demikian juga
dengan faktor politik. Banyak orang-orang dekat kerajaan dari kalangan
aristokrat yang tidak setuju dengan kesewenang-wenangan Raja Charles I tahun
1640-an meninggalkan Inggris menuju Virginia. Faktor ekonomi bekaitan dengan
banyaknya kaum imigran yang berlatarbelakang ekonomi tidak mampu di Inggris dan
belahan Eropa lainnya berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di Amerika.
Bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya perjalanannya akan ditangngung oleh
perusahan yang kelak akan mempekerjakan mereka di negeri baru. Sebagian di
antara mereka juga adalah tawanan di Inggris dan kelak menjadi pelayan kontrak
di Amerika. Imigran 20 setengah budak Eropa tersebut menjadi pemukim
koloni-koloni Amerika setelah mereka dibebaskan oleh majikannya menyusul
selesainya masa kontrak mereka. Ketiga belas daerah koloni baru di Amerika
tersebut didirikan oleh kaum kolonis dalam jumlah kecil pada awal abad ke-17.
Koloni
Virginia pertama kali dihuni oleh seratus kolonis tahun 1607 yang kemudian
berkembang menjadi pusat penghasiian tembakau yang sangat baik kualitashya.
Sedangkan Maryland pertama kali didirikan oleh seorang pioner benama
George Calvert. Calvert sebagai seorang penganut katholik Roma mengembangkan
koloni ini sebagai pusat penghasil tembakau, gandum dan jagung. Walaupun
pendirinya beragama katholik para pemukim di koloni ini sebagian besar berasal
dari kalangan Protestan Undang-undang Tolerasi Agama yang dikeluarkan tahun
1649 menjamin tolerasi kehidupan agama di Maryland. Pada tahun 1660 Maryland
dan Virginia berkembang menjadi koloni-koloni yang memiliki persaman di bidang
agraria (penghasil tembakau), politik dan pemerintahan sendiri. Karena
kebutuhan akan tenaga kerja di bidang industri tembakau. kedua koloni tersebut
menerapkan sistem perbudakan terhadap penduduk kulit hitam dari Afrika. New
England pertama kali dihuni secara permanen sebagai sebuah koloni oleh
sekelompok "pejiarah" atau the Pilgrims tahun 1620. Kaum pejiarah ini
merupakan kelompok Separatis yang pemah mengungsi ke Belanda tahun 1607 untuk
menghindari tuntutan penguasa Inggris. Walaupun memperoleh kebebasan di bidang
agama di Belanda, kelompok ini menderita secara ekonomi. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh London Company untuk mengangkut mereka dengan kapal Mayflower
ke New England dan diperkerjakan di perusahaan tersebut. Kelompok ini
bermukim di Plymouth Coloni yang tidak berkembang dengan baik. Akhirnya koloni
ini digabuingkan dengan Massacussett Bay tahun 1691 yang berkembang lebih
cepat. Pada tahun 1643, koloni-koloni yang berada di wilayah New England
seperti Massachusetts Bay, Connecticut, Plymouth dan New Haven membentuk
konfederasi untuk menghadapi klaim Belanda dan menciptakan kebijaksanaan
bersama menghadapi orang-orang Indian. Koloni-koloni tersebut tidak akan lagi
menggantungkan bantuan dari Inggris yang pada saat itu sedng dilanda perang
sipil. Mereka ingin menunjukkan independensinya dari negeri induk mereka, Inggris.
Namun demikian, antara tahun 1660-1700, Inggris masih terus berusapa memperluas
daerah koloninya dengan cara memaksakan dan mempengaruhi penguasa di daerah
koloni tersebut. Koloni-koloni tersebut tetap menjadi bagian dari imperium Inggris
21.
Dengan banyaknya kelompok imigran dari
berbagai negara seperti Inggris, Jerman, Belanda Irlandia, Skotlandia, Swiss,
Perancis dan lain-lain maka sejak tahun 1680 koloni Amerika telah menjadi pusat
percampuran kebudayaan dari berbagai negara. Dari jumlah seperempat juta
penduduk berbagai ras dan etnik tahun 1690 telah meningkat menjadi 25 juta
tahun 1775. Namun demikian karena jumlah orang Inggris mencapai sembilan puluh
persen dari jumlah kelompok migran maka kebudayan Inggris tetap dominan di
ketigabelas daerah koloni tersebut. Kebudayan Inggris yang berkembang di sana
tentu saja telah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru Amerika yang juga
dipengaruhi oleh kebudayaan golongan migran yang dibawa dari Eropa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar