SEJARAH INTELEKTUAL
“ FASISME ”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah
Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd..
Tugas Individu
Oleh:
MAGDALENA YULI P.
120210302096
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
A.
Konsep Dasar Fasisme
Fasisme
merupakan paham politik ideologi yang diambil dari bahasa Italia, “fascio”
atau dari bahasa Latin yaitu “fascis” yang artinya seikat tangkai kayu.
Ikatan kayu tersebut ditengahnya terdapat kapak. Pada masa Kerajaan Romawi
fascis merupakan symbol dari kekuasaan pejabat pemerintah. Dalam pengertian
modern, fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengagungkan kekuasaan
absolud tanpa demokrasi. Dalam pahan fasisime, nasionalisme sebagai ideology
pendorong utama namun bersifat ultra- nasionalisme atau semangat nasionalisme
yang berlebihan.
Menurut
George Mosse, cikal bakal fasisme adalah serangan terhadap positivisme dan
liberalisme pada akhir abad 19. Ernst Nolte mengusulkan fasisme didefinisikan
sebagai trend politik yang berakar pada abad 19 atau pada hakekatnya adalah
fenomena abad ke-20. Jika komunisme merupakan pemberontakan pertama yang
bersifat revolusioner dan totaliter terhadap cara hidup Barat yang liberal,
maka fasisme dianggap merupakan pemberontakan kedua. Inti sari dari fasisme
adalah pengorganisasian pemerintahan (sistem pengaturan pemerintahan) dan
masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat
nasionalis, militeristis, rasialis, dan imperialis.
Di
Eropa, negara pertama yang menjadi fasis adalah Italia (1922), Jerman (1933),
dan Spanyol (1936). Sedangkan di Asia fasisme muncul di Jepang tahun 1930-an
melalui perubahan ke arah lembaga-lembaga yang totaliter. Sutan Sjahrir
memberikan pengertian terhadap fasisme adalah faham kemasyarakatan yang
mengancam harkat dan martabat kemanusiaan. Menurutnya, faham yang ada dalam
masyarakat akan mengalami perkembangan menjadi gerakan yang akan melawan
kekuatan demokrasi, yang mana juga seluruh kekuatannya fasis tersebut bekerja
melawan kemajuan dan kebebasan manusia universal.
B.
Perkembangan Awal Fasisme
Sebenarnya, fasisme merupakan gaya politik dan pemerintahan
daripada ideology sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama. Paham
ini merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala symbol dan
kemegahan upacara untuk mencapai kebesaran bangsa dan negara (Ramlan
Surbakti,1992:38). Untuk mencapai tujuan dari fasisme, harus ada sosok
kharismatik dalam memimpin bangsa dan negara. Tokoh kharismatik tersebut
sebagai symbol kebesaran negara dan didukung masa atau rakyat yang fanatik
terhadap pemimpin tersebut.
Pada abagd ke-20, fasisme muncul di Italia dengan
pemimpinnya Mussolini, sementara di Jerman sebuah paham yang dihubungkan dengan
fasisime yaitu nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme tidak menekankan pada
ultra-nasionalsme saja namun juga rasialisme dan rasisme yang sangat kuat. Pada
masa Perang Dunia II, fasisme dan nazisme memberi gambaran yang sangat
mengerikan tentang kaganasan dan ketidakmanusiaan.
Istilah fasisme pertama kali muncul pada masa Perang Dunia
I, tepatnya pada tahun 1919 saat berdirinya gerakan Fasis Italia dan
selanjutnya paham kediktatoran fasisme dirubah lebih moderat. Sementara itu,
gagasan fasisme yang lebih sempit dan radikal diterapkan oleh Adolf Hitler
dengan paham nasionalis-sosialis atau Nazisme. Nazisme menganut ideolgi
campuran antara fanatisme ras dan pragmatisme (Roger Eatwell,2004:248).
Secara umum yang dianggap dan mewakili fasisme adalah Fasisme
di Italia pada jaman Mussolini dan Nazisme Jerman , dimana ideology tersebut
sebagai penyebab utama meletusnya Perang Dunia II tahun 1939-1945. Fasisme
digunakan untuk mengacu pada fasisme di Italia, sedangkan Nazisme digunakan
untuk menyebut fasisme di Jerman pada masa Adolf Hitler. Namun pada
perkembangannya kekuasaan sebuah rezim di belahan dunia dianggap sebagai
fasisme juga seperti Pemerintahan Jepang pada Perang Dunia II,kediktatoran
Spanyol pada masa Jenderal Franco (1939-1975), Pemerintahan Peron di
Argentina(1943-1955), Pemerintahan Jenderal Augusto Pinochet di Chike
(1973-1988) dan yang mutakhir rezim Sadam Husein di Irak yang akhirnya
pemerintahan Sadam Husein ditumbangkan oleh Amerika Serikat.
Meski fasisme dianggap sebagai gaya politik namun sebenarnya
juga sebagai sebuah ideology. Fasisme dan Nazisme pada umumnya terdapat 7
gagasan dasar, yang terdiri dari (Lymant Tower Sargent,1986:182):
1. Irrasionalisme. Fasisme menolak
penerapan dan teori ilmu pengetahuan dalam mengatasi masalah-masalah
sosial dan cenderung pada penggunaan mitos. Anggapan dasarnya bahwa
manusia bukanlah mahluk rasional. Mereka tidak perlu bermusyawarah namun hanya
dapat dipimpin dan dimanipulasi. Untuk memanipulasi sebuah informasi perlu
dengan kebencian terhadap etnis, suku bangsa ataupun budaya bangsa lain.
Tekanan pada nazisme terpusat pada mitos tentang darah (rasisme) dan tanah
(nasionalisme) serta penggunaan kekerasan sebagai bagian dari kehidupan dalam
penyelesaian masalah. Hal ini dapat dicontohkan ketika Hitler memerintahkan
membunuh bangsa Yahudi dalam Perang Dunia II sebagai cara untuk menjaga
pemurnian ras bangsa Arya (Jerman).
2. Darwinisme Sosial. Darwinisme Sosial
merupakan sebutan yang secara umum diberikan kepada teori-teori sosial yang
memandang kehidupan sebagai perjuangan hidup lebih lama dalam spesies atau
antar spesies.
3. Nasinalisme. Dalam fasisme dan
nazisme, nasionalisme mengandung arti yang berbeda dalam arti tertentu. Bangsa
merupakan unit penting terhadap siapa kaum fasis berhubungan sedangkan bagi
kaum nazisme, ras merupakan masalah utama sedangkan masalah bangsa sebagai hal
kedua.
4. Negara. Negara merupakan sarana atau
wadah yang digunakan untuk mempersatukan bangsa dan kebangsaan serta ras.
Bangsa atau penduduk sebagai “organisasi hidup” untuk menggantikan negara.
Konsep negara ini menekankan kelangsungan hidup seluruh masyarakat dari
generasi ke generasi.
5. Prinsip Kepemimpinan. Negara adalah
mekanisme untuk menjalankan kepercayaan-kepercayaan fasis dan berproses di atas
prinsip kepemimpinan. Dalam prinsip kepemimpinan menyatakan bahwa bawahan
secara mutlak tunduk pada atasan. Hierarki kepemimpinan bersifat tunggal dan
mutlak. Dalam prakteknya nanti dijumpai pemimpin kharismatik, yaitu pemimpin
yang dapat menarik masyarakat dengan menggunakan kekuatan kepribadiannya.
6. Rasisme. Bagian penting
Sosialisme-Nasionalisme atau Nazisme adalah masalah rasisme. Perang Dunia II di
Eropa yang dimulai dari ketokohan Hitler di Jerman mengumandangkan keunggulan
ras Jerman sebagai faktor keunggulan dibanding ras lain di dunia.
7. Antikomunis. Salah satu aspek
ideology fasisme diterima dan didukung masyarakat atau rakyat di suatu negara
adalah sikapnya yang antikomunis. Fasisme tumbuh dan hidup dengan sikap yang
tegas terhadap komunis. Kaum komunispun menyadari jika cirri fasisme antara lain
antikomunis. Namun sikap fasisme tidak hanya antikomunisme tetapi juga
antirasional, anti intelektual dan antimodern.
·
Lahirnya Negara
Fasisme
Fasisme
sebagai salah satu lambing kediktatoran sebenarnya telah muncul jauh sebelum
abad ke-20. Fasisme merupakan faham golongan nasionalis ekstrim yang
menganjurkan dijalankannya kekuasaan pemerintah otoriter. Fasisme mengutamakan
kepentingan diatas segala – galanya. Negara fasis umumnya totalitarian. Negara
totalitarian adalah Negara yang menempatkan pemerintah sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi. Ciri – ciri Negara totalitarian adalah hanya ada satu
partai yang berkuasa dan dominasi militer yang amat kuat. Ciri lain adalah
mereka menganggap ras mereka lebih tinggi dari ras lainnya. Negara – Negara
yang berpaham fasis yaitu : Italia, Jerman dan Jepang
1. Fasis Italia
Italia
menjadi salah satu pemenang dalam perang Dunia I, tetapi Italia amat kecewa
karena hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit, dan membuat situasai politik
dan ekonomi menjadi tidak stabil. Ekonomi egara tersebut terus memburuk. Dalam
keadaan seperti ini muncul tangan besi Benito Amilcare Andre Mussolini
a.
Terbentuknya fasisme di Italia Pada tahun 1919, Mussolini
membentuk partai Fasis ( Fascio de combbattimento ). Sejak itu ia mengembangkan
paham fasis di Italia. Faktor – faktor pendorong terbentuknya fasisme di Italia
:
a) Kekecewaan rakyat Italia atas
penyempitan wilayah akibat Perang Dunia I
b) Keinginan Italia untuk mengulang
masa kejayaan Romawi.
c) Penderitaan rakyat akibat Perang
Dunia I.
d) Kelemahan atas kebajikan
pemerintahan Raja Viktor Emmanuel III.
e) Kemenangan Partai Fasis saat pemilu
tahun 1922.
f) Berkembangnya Fasisme di Italia
Pada tahuan 1922. Mussolini terpilih menjadi Perdana
Menteri, selanjutnya ia memangkat diri sebagai “ Il Dauce “ ( Sang Pemimpin ). Upaya
– upaya Mussolini untuk mencapai kejayaan Italia, yaitu :
1.
Menyingkirkan lawan – lawan politiknya yang mencoba
merintangi usahanya.
2.
Memperkuat angkatan perang.
3.
Menguasai selurug laut tengah sebagai Mare Nostrum atau laut
kita.
4.
Membentuk “ Re Sorgimento “ dengan semangat “ Italia La
Prima “ ( Italia Raya ).
5.
Menduduki Libia, Ethopia ( Absenia ) dan Albania dan lain –
lain.
2. Nazisme di Jerman
Setelah
perang Dunia I, Jerman mengalami kehancuran terutama dalam hal Infrastruktur
dan ekonomi. Dalam kekacauan ekonomi ini muncul tokoh Adolf Jitler. Ia
mendirikan Partau Nazi ( National Sozialistice Deutsche Albelter Partai ).
a. Terbentuknya Naziisme di Jerman
Adolf
Hilter merupakan pemimpin Nazisme di Jerman. Visi misi politik Hilter tercemin
dalam bukunya yang berjudul “ Mein Kamf “ ( Perjuangan saya ). Dalam buku
tersebut termuat dua hal pokok, yaitu :
1) Bangsa Jerman ( Ras Arya ) merupakan
ras yang paling unggul.
2) Sebagai bangsa yang besar, maka
Jerman memerlukan sejumlah wilayah taklukan.
3) Menggeloralan Chauvinisme ( Nasional
berlebihan ) untuk membangkitkan harga diri bangsa Jerman.
4) Membangun angkatan perang yang kuat.
5) Membangun Industri secara besar –
besaran, dan lain-lain.
3. Militerisme di Jepang
Pada tahun
1914, Jepang di bawah kaisar Hirota mengalami kemajuan pesat dalam bidang
perdagangan, industri, dan militer menganggap dirinya keturunan Dewa Matahari
(Amateraucu Omikami), bangsa Jepang menganggap bangsa lain lebih rendah. Jepang
melancarkan politik eskpansi ke Negara – Negara di kawasan Asia – Pasifik.
a. Terbentuknya Militerisme di Jepang
Dipelopori
oleh perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan Inasir Hirohito dan dikembangkan
oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Terbentuknya Militerisme dipengaruhi oleh faktor
– faktro berikut :
1) Keinginan Jepang untuk menduduki
daerah sekitarnya yang memiliki sumber bahan mentah.
2) Keinginan Jepang untuk mengusai dan
memimpin Negara – Negara di sekitarnya.
3) Keinginan Jepang untuk melemahkan
Negara – Negara pesaingnya..
4) Kelemahan pemerintah sipil yang
mengakibatkan ketidakmampuan Jepang dalam mengatasi krisis ekonomi dunia (
Malaise ) pada tahun 1929.
b. Berkambangnya Militerisme di Jepang
Pada masa
pemerintahan kaisar Hirota, Jepang mulai tampil sebagai Negara industri yang
maju. Majunya industri tersebut Jepang mulai melancarkan politik ekspansi ke
Negara – Negara di kawasan Asia Pasifik. Dalam melancarkan politik ekspansinya,
kaisar Hirohita melakukan tindakan – tindak sebagai berikut :
1) Mengobarkan semangat Bushido ( jalan
ksatria ) sebagai semangat berani mati demi Negara dan kaisar.
2) Menyingkirkan tokoh – tokoh politik
yang anti militer.
3) Memodernisasi angkatan perang.
4) Mengenalkan ajara Shinto Hakko
Ichi-u, yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh Jepang.
5) Mempropagandakan Jepang sebagai
cahaya, pemimpin dan pelindung Asia yang membebaskan bangsa – bangsa dari
penjajahan bangsa Barat dll.
C.
Perkembangan Fasisme di Indonesia
·
Keberadaan
Fasisme di Indonesia
Munculnya
politik fasisme di negeri ini di mulai
sejak kemenangan Partai Nazi di Jerman yang memenangkan pemilu 1933. Dr.
Notonind, bekas anggota PNI (lama) asal Pekalongan adalah tokoh teras Partai
Fasis Indonesia (PFI) yang berdiri tahun 1933. Ide dasar pendirian PFI ini
memang agak unik karena tidak di dasarkan kepentingan ideologi, melainkan oleh
cita-cita pembangunan kembali kerajaan-kerajaan Jawa seperti Majapahit dan
Mataram, Sriwijaya di Sumatera, dan kerajaan-kerajaan di Kalimantan. Gema
fasisme yang melanda dunia menuai respon beragam dari kalangan pergerakan di
Indonesia. Kelompok PNI Baru, PKI dan Partindo adalah kelompok yang menentang
gigih fasisme. Alasan dasarnya karena fasisme adalah benteng terakhir dari
kapitalisme untuk mempertahankan diri dari krisis ekonomi dan politiik. Sedangkan
di luar kedua kelompok ini, Wilson menilai kaum pergerakan kebingungan dalam
merespon fasisme. Kelompok PSII dan Parindra misalnya, karena percaya ramalan
politik Jayabaya menganggap fasisme Jepang sebagai saudara tua yang akan
membebaskan bumiputera dari belenggu kolonialisme Belanda.
Istilah
Indonesia Raya dan Indonesia Mulia yang getol dikampanyekan oleh Parindra
misalnya, mengingatkan kita pada ide Jerman Raya milik kaum Nazi Jerman yang
mengakibatkan pembantaian jutaan orang Yahudi. Bahkan Agus Salim melihat
potensi fasisme sebagai solusi mengusir kolonial. Tren politik fasis rupanya
bukan hanya melanda kaum Bumi Putera. Kalangan Indo di Hindia-Belanda yang
sedang dilanda krisis pertarungan politik dengan kalangan pergerakan bumi putra
dan tekanan fasis Jepang juga merasa ingin cepat keluar dari krisis dengan
harapan kadatangan dewa fasisme. Di Solo misalnya, pada tahun 1933 pernah
dibentuk organisasi Anti Inlander Clud untuk melindungi kepentingan kaum Indo.
Sementara kaum kaum fasisme Jepang di Hindia-Belanda yang tergabung dalam NIFO
nampak paling agresif bergerak melakukan rapat-rapat akbar (vergadering). Aksi
agresif NIFO ini mendapat reaksi keras dari Pemerintah Hindia-Belanda.
·
Eksistensinya
Pada Zaman Sekarang
Fasisme
di zaman sekarang tidak se populer di waktu kelahirannya di Indonesia. Benar
bahwa fasisme tinggal catatan sejarah ini terbukti dengan tidak adanya organisasi atau negara
yang menganut fasisme lagi. Namun, sebagaimana kekhawatiran Mansour Fakih (Alm)
delapan tahun silam, krisis gawat yang terus melanda negeri ini tidak mustahil
menjadi bibit-bibit persemaian fasisme. Hal ini bisa dibuktikan oleh fakta
berbagai organisasi yang gemar mobilisasi massa, arak-arakan dan gemar
melakukan tindak kekerasan untuk memaksakan kehendaknya. Hal yang
mengkhawatirkan, gerakan itu muncul dalam praktek politik keagamaan simbol
keagamaan digelar. Teriakan jihad dikumandangkan. Agama yang selama ini dikenal
sebagai piranti kohesifitas budaya berubah menjadi alat propaganda khas fasisme
DAFTAR PUSTAKA
Ebenstein William and Fogeiman Edwin. 1994. Isme-Isme
Dewasa Ini penerjemah: Alex Jemadu. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Azhar,
Muhammad. 1996. Filsafat politik.
Yogyakarta: PT. Grafindo Persada
Anonim. 2009. Faham
Fasisme. [serial online]
Anonim. 2012. Makalah Ideologi Fasisme Negara. [serial
online]
http://nefi34na.blogspot.com/2012/10/makalah-ideologi-fasisme- negara.html. [diakses pada tanggal 7 November 2014]
Anonim. 2012. Perkembangan
Fasisme di Indonesia. [serial online]
http://transformasipengetahuan.blogspot.com/2012/10/perkembangan- fasisme-di-indonesia-dan.html. [diakses pada tanggal 7 November 2014]